Mohon tunggu...
Riskiana Widya Putri
Riskiana Widya Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Mercu Buana

Nama : Riskiana Widya Putri Nim : 43222010033 Kampus : Universitas Mercu Buana Prodi : Akuntansi Jurusan : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Dosen Pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Behavioral Conditioning Ivan Pavlov dan Fenomena Korupsi di Indonesia

14 Desember 2023   18:02 Diperbarui: 14 Desember 2023   18:35 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memahami Behavioral Conditioning dapat membantu mengembangkan keterampilan dan kemampuan sosial. Pembentukan kebiasaan dan pengembangan keterampilan sosial dapat didorong melalui penguatan positif dan negatif.

  • Penjelasan Perilaku Abnormal

Konsep Conditioning perilaku juga digunakan untuk menjelaskan bagaimana perilaku abnormal dapat muncul dan dipertahankan. Misalnya, trauma atau pengalaman negatif dapat menciptakan Conditioning yang menyebabkan respons emosional atau perilaku tertentu.

  • Aplikasi dalam organisasi dan manajemen

Prinsip Behavioral Conditioning digunakan dalam konteks organisasi dan manajemen untuk memotivasi karyawan, membangun budaya perusahaan dan meningkatkan produktivitas.

Pemahaman konsep Behavioral Conditioning membuka pintu penerapan di banyak bidang, termasuk pendidikan, psikologi klinis, penelitian dan manajemen, yang semuanya berkontribusi pada pengembangan pengetahuan dan penerapan praktis dalam kehidupan sehari-hari.

Bagaimana Kondisioning Perilaku Dapat Menjelaskan Fenomena Kejahatan Korupsi di Indonesia?

Dalam konteks kejahatan korupsi di Indonesia, pemahaman terhadap konteks perilaku dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam mengenai faktor psikologis dan sosial yang dapat mempengaruhi munculnya dan bertahannya korupsi. Berikut beberapa aspek yang dapat dijelaskan  lebih detail:

  • Situasi sosial dan budaya

Budaya dan norma social suatu masyarakat dapat membentuk kondisi dimana korupsi dianggap normal atau dapat diterima. Jika perilaku korupsi tidak dikutuk, atau jika perilaku tersebut tidak dipandang sebagai cara yang efektif untuk mencapai tujuan tertentu, maka individu akan lebih mungkin terlibat dalam praktik korupsi.

  • Pengkondisian klasik dalam konteks institusional

Institusi atau organisasi yang melakukan aktivitas korupsi dapat menciptakan pengkondisian klasik, dimana individu mengasosiasikan lingkungan kerja atau institusi dengan peluang untuk melakukan korupsi. Koneksi ini dapat mendorong orang untuk terlibat dalam kegiatan korupsi.

  • Konfirmasi operasi di lingkungan hukum

Ekspresi yang bersifat menghukum atau kebijakan yang lemah dapat menjadi penguat tindakan. Tanpa adanya konsekuensi yang serius atau hukuman yang memadai bagi pelaku korupsi, perilaku korupsi cenderung semakin intensif dan  dapat menciptakan lingkungan dimana korupsi dapat berkembang.

  • Persyaratan dalam organisasi atau lembaga

Budaya perusahaan atau institusi yang toleran terhadap korupsi dapat dibentuk melalui proses pengondisian. Individu yang terkait dengan organisasi tersebut mungkin menginternalisasikan nilai-nilai yang mendukung perilaku korupsi dan menganggapnya sebagai norma.

  • Teladan dan pemimpin

Perilaku korup yang dilakukan oleh para pemimpin atau figur otoritas dapat menjadi contoh bagi orang lain, terutama jika tindakan tersebut tampak tidak dihukum atau bahkan dihargai. Pemimpin yang korup dapat menciptakan norma-norma sosial yang merugikan.

  • Teori asosiasi diferensial dan interaksi sosial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun