“ Ya sudah… nih dua puluh ribu… kuponnya mbah simpan saja…” Harno menambah sepuluh ribu lagi dan menyerahkan uang kepada kakek tua tersebut.
“ Woooo… ndak bisa… saya bukan tukang tipu… saya jual kupon lotere.. ya diterima karna mas sudah membayar… nih… terima kasih ya mas….” Kakek tua itu menyerahkan lima lembar kupon berwarna biru kepada Harno dan pergi begitu saja.
Harno hampir saja melemparkan kupon tersebut ke dalam tong sampah tetapi ia mengurungkan niatnya dan memasukan kupon ke dalam jaketnya… ia tak berniat untuk melihat kupon itu dan meneruskan perjalanannya.
Di dekat pasar ada penjual gerabah yang buka 24 jam… sebuah kendil dari tanah dan perlengkapannya ia beli untuk menguburkan ari-ari anaknya. Semuanya dua puluh ribu rupiah…. Ah masih ada sisa sepuluh ribu.. ia membeli nasi bungkus di sebuah warung seharga lima ribu rupiah.. perjalanan dari rumah sakit membuat perutnya lapar juga.
Sambil menunggu dibungkuskan iseng-iseng ia mendengarkan percakapan beberapa tukang becak yang mangkal tak jauh dari warung itu…
“ Aseemmm…. Nomorku lepaaassss… rugi aku...“
“ Yang keluar berapa?...”
“ Nomor baguuusss… tanggal hari ini… 292929…. Semproooollll…”
Harno tersenyum mendengar percakapan para tukang becak itu. . dilihatnya jam di warung tersebut.. hmm.. pukul 00:15 wib… ia segera membayar nasi bungkus dan segera berlalu dari warung tersebut.
Sampai di rumah Harno segera mencuci dan menguburkan ari-ari anaknya di depan rumah. Setelah selesai ia membuat kopi dan duduk di ruang tamu. Tiba-tiba ia teringat kupon yang diberi oleh kakek tua itu. Diraihnya jaket di meja dan dari kantong jaket tersebut ia mengeluarkan lima lembar kupon berwarna biru… dilihatnya nomor yang tertulis dengan bolpoint … 2..9..2..9..2..9… haaaaaa……. Harno berdiri seolah tak percaya…
Pagi-pagi sekali Harno telah sampai di terminal, Toko bares yang menjual barang barang bekas itu buka 24 jam… dengan langkah ragu ragu Harno memasuki toko tersebut.