“ Iya, mas… saya ikhlas kok… “ Warti tersenyum
Pada waktu itu Harnowo seorang tentara berpangkat rendah dengan penghasilan tak lebih dari enam ratus ribu sebulan. Sementara sang istri Warti semenjak menikah setahun yang lalu sudah tidak bekerja di pabrik konveksi karna mengandung. Di awal kehamilannya ia sempat menerima jahitan dari tetangga sekitar untuk menambah uang belanja dan menabung sedikit demi sedikit.
Malam itu Warti sedikit gelisah tak bisa tidur… rasanya gerah sekali… jam menunjukkan pukul 22:00 wib, tiba tiba ia merasakan perutnya sakit … semakin lama sakitnya semakin terasa melilit…
“ Mas… mas… perutku sakit… mungkin mau melahirkan…” Warti membangunkan Harno yang tertidur pulas di sampingnya.
“ Lho… bukannya kata bidan masih tiga minggu… “ Harno sedikit panik, Sambil mengenakan celana panjang dan jaket ia bersiap siap mengantarkan istrinya ke rumah sakit.
“ Dik, saya keluar sebentar memanggil becak.. jangan kemana mana dulu ya…”
“ iya, mas… cepatan ya…” Warti duduk sambil menahan perutnya yang semakin melilit.
Dalam perjalanan menuju rumah sakit Warti semakin merasakan sesuatu akan keluar dari dalam perutnya.. tangannya menggenggam lengan Harno dengan erat …
Baru beberapa menit saja memasuki ruang bersalin Harno sudah mendengar suara tangis bayi… Alhamdulillah… kelahiran yang lancar…Harno tak henti bersyukur ..
Jam baru menunjukkan pukul 23:30 wib, proses persalinan yang sangat cepat. Warti sudah pindah di ruangan rawat sementara bayi perempuan mungil berada di sampingnya.
“ Mas.. bagaimana biaya persalinannya… bukankah kita sudah tidak punya uang…” Warti berbisik kepada suaminya.