Mohon tunggu...
Al Widya
Al Widya Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

...I won't hesitate no more... just write...!!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

The Lotterry [The Story of Harnowo Laksono]

11 Januari 2012   08:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:02 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“ Tenang saja dik… besok mas akan pinjam uang ke kantor …. Tapi pagi ini mas pulang dulu, ya.. mau mengubur ari-ari anak kita dan mencuci pakaian yang kotor terkena darah… “ Harno mencium kening istrinya dan anaknya lalu meninggalkan rumah sakit menuju rumahnya.

Sebelum meninggalkan rumah sakit Harno mampir ke bagian administrasi menanyakan kemungkinan biaya yang harus ia bayar untuk persalinan istrinya. Beberapa saat kemudian petugas memberitahukan bahwa biayanya kemungkinan sekitar tujuh ratus ribu rupiah.

Sambil menenteng tas berisi baju kotor dan bungkusan ari-ari, Harno berjalan menyusuri trotoar. Ia sengaja berjalan kaki karna jarak dari rumah sakit ke rumahnya hanya sekitar 1 km… Dalam perjalanan ia terus berfikir bagaimana cara mendapatkan uang sebanyak itu. Dari kantornya ia paling hanya bisa meminjam tiga ratus ribu rupiah.. itupun baru besok Senin bisa ia ambil uangnya karna hari ini Sabtu ..lalu kalaupun ditambah gajinya yang tinggal empat ratus ribu, karna memang sudah terpotong pinjaman sebelumnya, masih kurang dan bagaimana untuk makan kesehariannya? aku harus mencari kemana… di dompet hanya ada uang sebesar lima puluh ribu rupiah.. mengingat ini tanggal tua… itu saja sebagian ia terima dari istrinya sisa uang belanja.

13261601311372546194
13261601311372546194
Malam itu jalanan sepi tetapi masih ada beberapa angkringan , maklumlah ini kan malam minggu. Melewati trotoar di dekat taman dilihatnya seorang kakek tua dengan tas kumal di dekapannya.

“ Mas… mau beli kupon lotere ? saya beli tadi pagi di dekat terminal.. nomornya bagus lho mas… “

“ Lotere apa, mbah…” Harno memang mengetahui ada kupon undian yang di jual secara resmi, namun ia belum pernah sekalipun membelinya. Ia kurang menyukai hal -hal yang berbau judi.

“ Begini, mas… saya mau pulang ke kampung .. tapi dompet saya di copet…ludes semua uang saya… dari siang saya belum makan mas… tapi ndak punya uang untuk beli makan… tolong mas, dibeli kupon lotere saya… untuk beli makan… dan bayar karcis bis ke kampung…”

“ … Ya sudah… ini saya beri saja sepuluh ribu…” Harno mengulurkan tangannya menyerahkan satu lembar sepuluh ribuan dari dompet.

“ Lho… harga kupon ini dua puluh ribu, mas…”

“ Saya ndak mau beli kuponnya, mbah… ini saya beri saja…untuk beli makan cukup khan….”

“ Tolong, mas… ini nomor kupon bagus lho mas…. Kalo keluar, ambil uangnya di toko Bares, sebelah terminal…. Ya mas… mau ya…”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun