Oleh: Wagimin Harjowiyono
Pemilihan judul tulisan ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan buku karya sahabat saya, seorang motivator hebat, Parlindungan Marpaung (Bang Parlin) berjudul "Life is Choice" yang jadi best seller. Banyak cerita inspiratif berupa kisah nyata yang ditulis dalam buku tersebut, penuh hikmah dan menggugah jiwa. Â
Kesan dan inspirasi tulisan ini muncul ketika saya menghadiri seminar bisnis, di mana sang motivator  dan sekaligus trainer bisnis yang sukses mengawali pembukaan training dengan mengatakan bahwa "Hidup adalah ibarat satu huruf di antara huruf B dan D. B adalah Birth (kelahiran) dan D adalah Death (kematian). Di antara huruf B dan D ada huruf C, yaitu choice (pilihan)". Jadi hidup adalah pilihan.
Saya coba renungkan dengan mendalam kata-kata trainer tersebut, ternyata apa yang dikatakannya cukup mengena dan sesuai dengan realitas kehidupan yang kita hadapi. Bahwa hidup adalah memilih di antara banyak pilihan dan pilihan kita amat menentukan kualitas hidup dan kehidupan kita untuk saat ini maupun di masa mendatang.
Permasalahannya adalah, bagaimana kita bisa memilih secara tepat di antara banyak pilihan tersebut, karena salah dalam memilih pilihan hidup memiliki risiko tinggi dan sulit diperbaiki.
Beda dengan memilih jawaban pertanyaan ganda pada ujian di sekolah atau kuliah yang apabila pilihannya kurang tepat, kesalahannya bisa diperbaiki dengan ujian remedial.
Sebuah pepatah  bijak mengatakan, "Hidupmu saat ini adalah hasil keputusanmu atau pilihanmu lima tahun atau puluhan tahun sebelumnya".
Jadi jangan pernah menyesali kondisi yg kita alami saat ini karena semua yang terjadi merupakan hasil pilihan kita di masa lalu.
Juga jangan salahkan siapa pun dan meratapinya karena hasil yang kita tuai adalah sesuai dengan apa yang kita kita tanam sebelumnya.
Menggelayut pikiran saya mengingat kenangan puluhan tahun silam ketika harus memilih di antara dua pilihan, yaitu melanjutkan kuliah atau bekerja.
Adalah cita-cita saya sejak kecil ingin jadi dosen. Maka selepas SMA, Alhamdulillah saya diberi kelancaran bisa  melanjutkan kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Samarinda. Saya pikir pilihan saya tersebut tepat dan akan mengantarkan cita-cita menjadi dosen sebagai profesi hidup saya. Tapi ternyata baru menginjak semester dua, saya dihadapkan pada pilihan sulit karena bersamaan itu ada pengumuman dari perusahaan BUMN, di mana saya dinyatakan lulus test yang saya ikuti sekitar 6 bulan sebelumnya.