Jam digital di laptopku baru menunjukkan pukul 10.05 WITA. Jari jemari tanganku tengah asyik menyentuh tuts keyboard laptop. Aku sedang konsentrasi membuat sebuah naskah tulisan tentang direct call atau pelayaran langsung ke luar negeri yang sedang gencar dilakukan orang nomor satu di perusahaan tempat aku bekerja kini. Tiba-tiba, konsentrasiku pecah oleh bunyi panggilan masuk di ponselku.
Sejenak kulirik layar ponsel yang selama 7 tahun sudah setia menemaniku berhubungan suara melalui udara dengan saudara, keluarga, rekan kerja, narasumber maupun teman dan sahabatku untuk sekedar bercerita dan bergurau mengisi waktu senggang. Sedikit berkerut keningku melihat sebuah nama yang tertera di layar ponsel. Nama milik salah satu teman laki-lakiku ketika masih sama-sama duduk di bangku Sekolah Menengah Atas di sebuah kota kecil nan indah, yang banyak meninggalkan kenangan di benakku.
"Hmmm.....tumben nih orang nelpon," gumamku dalam hati seraya mengangkat ponsel.
"Hallooo.....apa kabar? Tumben nelpon, ada apa nih?" sapaku mendahului.
"Hai Tiara, lagi sibuk?" tanya Gilang, salah satu teman SMA yang namanya juga tercatat dalam grup reuni WhatsApp khusus angkatan kami.
"Gak juga sih, ada apa? Kok tumben nelpon, lagi di Makassar ya?" jawabku.
"Tidak, aku tidak lagi di Makassar. Cuma mau nelpon aja," balasnya.
"Oooh, kirain lagi di Makassar," ujarku.
"Eh Tiara, aku boleh nanya gak?" suara Gilang terdengar mulai serius.
"Boleh, tanya soal apa?" nada suaraku juga ikutan serius sambil berpikir kira-kira pertanyaan apa yang akan Gilang ajukan.
 "Begini, pernah gak dalam kariermu kau mengalami titik jenuh? Kau merasa bosan dengan pekerjaanmu, teman sekantormu, teman wartawanmu, keluargamu, pokoknya semua aktivitas yang kau jalani setiap hari," jelas Gilang.