Mohon tunggu...
Endah Manganti
Endah Manganti Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis, Copy Writer, Influencer, Public Relation

Saya seorang Penulis, Copy Writer, Influencer, Public Relation yang terlahir dari Mama yang berasal dari Suku Ondae Poso, Sulawesi Tengah campur Banjar, Kalimantan Selatan dan Papa yang asli Sunda, Jawa Barat. Saya hobi menulis dan senang mendeskripsikan hampir semua perasaan, pengalaman dan apapun yang saya lihat. Saya juga senang dan suka menulis Cerpen. Salam dan bravo selalu ONDAE!!! Ohya skefo, saya pernah selama hampir 20 tahun menjalani profesi sebagai Jurnalis di koran lokal, majalah komunitas dan terakhir di Harian Bisnis Indonesia. Terima kasih!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Teman Curhat

9 Oktober 2017   11:30 Diperbarui: 9 Oktober 2017   12:14 1509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua hari menjalani tes di Jakarta, wawancara dan psikotes, aku pun kembali ke kotaku tempat bekerja sambil menunggu pengumuman lanjutan dari SDM. Selang dua minggu kemudian, aku mendapat email lagi dari SDM di Jakarta, yang memberitahukan bahwa aku harus mengikuti magang selama 1 bulan di kantor pusat, bersama lima teman dari kantor biro lainnya.

Tak terkira rasa syukurku kepada Allah SWT saat itu karena aku berpikir, panggilan magang sebulan itu adalah "pemberitahuan" dari kantor pusat bahwa aku lulus tes dan diterima menjadi karyawan organik untuk kemudian menempati posisi uploader. Tapi ternyata, panggilan itu hanya bentuk "rasa tidak enak" SDM dan manajemen redaksiku karena saya dan teman-teman lainnya begitu semangat mengikuti tes yang diadakan. 

Dari 6 orang yang mengikuti tes ketika itu, hanya 3 orang yang sudah ditentukan nasibnya alias aman menduduki posisi uploder dengan jaminan sebagai karyawan organik. Sedangkan nasib saya bersama 2 teman lainnya masih terkatung-katung. Kami tetap diberi posisi sebagai uploader tapi dengan status karyawan kontrak.

Kecewa tentu saja. Namun saat itu aku hanya bisa mengambil hikmah dan sisi positifnya saja, sambil bekerja sebagai uploader sebaik mungkin. Pikirku, kalau rejeki tidak akan lari kemana.

Dua tahun duduk di kursi uploader media during lokal milik perusahaan tempatku bekerja dengan status karyawan kontrak, tak membuatku kerja malas-malasan dan setengah hati. Sebaliknya, aku bekerja dengan sekuat tenaga dan segigih mungkin, berusaha selalu menunjukkan hasil kerja terbaikku.

Seyogyanya, aku kerja hanya 8 jam sehari, tapi boleh dikata aku kerja hampir 24 jam sehari. Apalagi, media yang kutangani adalah media during atau yang akrab disebut media online, yang selalu harus update berita dan informasi terkini dengan judul semenarik mungkin, agar ratingnya terus naik.

Tak jarang, saat kepalaku baru mau menyentuh bantal pukul 00.00, ada BBM atau SMS masuk dari teman-teman jurnalis di biro lainnya di Kawasan Timur Indonesia (KTI), yang mengatakan bahwa mereka baru saja mengirim naskah berita di emailku dan mereka beradu cepat dengan jurnalis dari salah satu media during nasional yang sudah cukup ternama dan terkenal kecepatannya dalam menyajikan informasi ataupun berita. Kebetulan, biro tempatku beraktivitas sehari-hari, adalah pusat dari semua berita dan informasi yang ada di Indonesia Timur atau KTI.

Selama 2 tahun kujalani profesi uploader tanpa ada keluhan, bahkan ketika aku terjatuh dengan sendirinya dari tangga kantor di hari Sabtu, saat semua teman kantorku tengah asyik bercengkrama dengan keluarga maupun sahabat mereka, entah hanya di rumah, mal atau tempat rekreasi. Selama 3 bulan, aku berjalan pincang akibat kaki sebelah kiriku bengkak dan membiru meski sudah kubawa ke tukang pijat tradisional.

Meski harus berjalan pincang dengan kaki yang bengkak seperti kaki gajah, aku tetap saja semangat ke kantor dan mengupload semua berita yang dikirimkan teman-temanku. Tak terbersit dibenakku untuk cuti istirahat sambil meredakan kaki yang terus membengkak, atau hanya bekerja dari rumah walau hal itu tidak menjadi masalah buatku. Toh mengisi naskah berita di media online sebenarnya bisa dilakukan dari mana saja. Bisa di rumah, warkop, cafe atau bahkan di bawah pohon dan di pinggir pantai sekalipun, yang penting akses internet lancar.

Tiga bulan merasakan sakit di pergelangan kaki sebelah kiri dan terus berjalan pincang, aku pun disarankan tante yang kebetulan juga seorang perawat agar membuat ramuan tradisional dari beras kencur yang kemudian dibalurkan ke kaki yang bengkak setiap menjelang tidur malam.

Aku lantas menghubungi ibu pemilik tempat kos ku dulu, yang sudah kuanggap seperti orangtua sendiri. "Assalamuallaikum Puang Aji. Puang, kakiku bengkak habis jatuh dari tangga kantor. Bisa minta tolong buatkan beras kencur yang ditumbuk? Mau saya balurkan ke kaki setiap malam kalau mau tidur," rengekku kepada perempuan paruh baya yang sudah seperti mamaku sendiri, ketika suaranya mulai terdengar di ujung ponselku. "Kenapa bisa kau jatuh nak? Iya nanti dibuatkan bedak dari beras kencur. Pulang kerja besok singgah ambil di rumah ya," jawab Puang Aji dengan nada kaget bercampur khawatir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun