"Bagaimanapun juga Ibu tidak akan merestui! Jepang itu penjajah, Asti! Ayahmu mempertaruhkan nyawanya untuk mengusir mereka dari Tanah Air. Sekarang kamu malah tidak tahu diri ingin menikah dengan orang Jepang!" Seru Ibu Asti meluap-luap.
" Tapi Bu, itu masa lalu! Kenzo tidak tahu apa-apa! Dia tidak menjajah Indonesia! Ia hanya seorang pemuda yang sangat mencintaiku!" Bantah Asti, tidak kalah sengit.
"Ibu taksudi ia menjajah hidupmu! Pokonya Ibu tidak setuju!Titik!"
"Pokoknya aku akan menikahi Kenzo dengan atau tanpa persetujuan Ibu!"Teriak Asti sambil membanting pintu rumah. Meninggalkan ibunya.
"Terima kasih Dik, janganlah lupa ..."
Pernikahan dengan Kenzo yang tidak direstui Ibunya itu memang tidak bertahan lama. Mereka bercerai setelah satu tahun menikah. Hal ini tentu saja membuat Ibu Asti lega. Hubungan antara Ibu dan anak itupun kembali membaik.
Sayangnya kelanggengan hanya berlangsung selama dua tahun saja.
Suatu sore perseteruan antara keduanya kembali berlangsung hebat, setelah Asti memberitahu Ibunya akan keinginan Klaas, kekasihnya berkewarganegaraan Belanda itu untuk meminangnya.
"Penjajah lagi! Penjajah lagi! Apakah kamu tidak mau belajar dari pengalaman dulu, perkawinanmu dengan si penjajah Jepang itu berantakan, sekarang mau menikah dengan penjajah lagi?"
"Bu, jaman penjajahan itu sudah tidak ada! Klaas tidak ada hubungannya dengan jaman feodal dulu! Dia mencintai Asti apa adanya!"
"Ibu tahu, kamu pasti akan tetap menikahi si penjajah Belanda itu walau tanpa persetujuanku. Tapi lihat saja nanti, perkawinanmu takkan lama!" Teriak Ibu Asti.