Sambil berjalan mata Gendis memperhatikan sekeliling. Apartemen wanita tua ini begitu bersih dan rapih, hanya saja sekeliling dindingnyw tertutup oleh berbagai jenis patung yang menyeramkan. Mungkin ada seratus lebih. Siapakah wanita tua ini? Tukang sihirkah? Gendis mulai bertanya-tanya dalam hati.
"Ibu tahu di mana anak saya berada?" Tanya Gendis dengan nada yang gemetar.
"Ya, saya tahu dan sangat ngeri sekali" Jawabnya sambil geleng-geleng kepala.
"Apa maksud Ibu ngomong kaya gitu!" Teriak Gendis dengan nada sedikit tinggi.
"Hey, dengar kamu perempuan bodoh! Mungkin kamu pikir saya ini wanita gila! Tapi otak saya masih waras! Ingat kan waktu pertama kali saya ngusir kamu? Saya sebetulnya memperingatkan kamu untuk tidak tinggal di sini dan menjauhi apartemen Oda Mae! Tapi kalau saya cerita terus terang, kamu pasti tidak percaya! Zaman sekarang, mana ada anak muda yang mau mendengarkan kata-kata dari orang tua seperti saya. Paling-paling saya dituduh orang gila yang meracau yang ..."
"Maksud Ibu apa sih ngomong kaya gitu?" Selak Gendis setengah teriak.
"Kita ini bertetangga dengan mahluk halus!" Lanjut wanita tua itu.
"Tiap malam saya mendengar suara rintihan dari balik tembok ini" Katanya sambil menunjuk dinding yang tertutup oleh patung-patung.
Gendis tiba-tiba merasa ia sedang berada dalam mimpi yang seram. "Aku hanya ingin bertemu dengan anakku" Tangisnya.
"Oda Mae yang kamu kenal itu adalah orang yang sama yang pernah tinggal di sini dua tahun lalu" Lanjut wanita tua itu.
"Dua tahun lalu? Maksud Ibu?"
"Maksudnya ya itu!" Wanita tua itu kembali bernada tinggi. "Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri tubuh Oda Mae dan anaknya di bawa para medis untuk di masukkan ke ambulans melewati depan apartemen saya. Itu dua tahun yang lalu, saya ingat betul!"