Aku lalu duduk di atas batu tepat di sebelahnya. Kami berdua tak lagi berkata-kata, hanya memandangi air sungai yang mengalir. Setelah itu yang ada hanya keheningan dan hembusan angin.
Tiba-tiba aku tersentak! Ingat bahwa emak sebentar lagi pulang dan aku harus sampai di rumah sebelum emak tiba.
"Lily, aku harus cepat-cepat pulang!" Kataku sambil melepas genggaman tangannya. Lily cuma menatapku dengan tatapan yang syahdu.
" Kapan kita bisa bertemu lagi? Bagaimana kalau besok?" Tanyaku.
Lily tidak menjawab, tapi mengangguk dan memberikan senyum manisnya padaku.
"Ok, aku pulang dulu deh... kutunggu kamu besok di halaman sekolah selesai pelajaran, ya.." Kataku sambil beranjak pergi. Lily kembali melemparkan senyumnya kepadaku.
***
Keesokan harinya aku tidak sabar menunggu pelajaran selesai. Ingin cepat-cepat ketemu Lily. Anak itu memang ngangenin atau mungkin karena aku yang memang sedang dalam masa puber.
Dua puluh menit berlalu, Lily belum juga terlihat batang hidungnya, sementara kak In keluar kelas sebentar lagi dan aku tak ingin kak In mengetahui pertemuanku dengan Lily. Rasanya tipis harapanku bertemu dengan Lily hari ini. Entah mengapa hatiku merasa tersayat. Perih!
Dari kejauhan kulihat kak In berjalan menghampiriku, aku semakin yakin Lily tak akan menjumpaiku hari ini.
Setiba di rumah, kami tidak menemukan kunci rumah di bawah batu. Pintu tidak terkunci! Ternyata emak sudah tiba terlebih dahulu, tidak seperti biasanya siang-siang begini emak sudah kelar cuci setrika dan sibuk di dapur.