Mohon tunggu...
Widi Wulandari
Widi Wulandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menggambar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Artikel Utama

Zero Waste, Gaya si Anak Milenial

3 November 2022   13:15 Diperbarui: 9 November 2022   02:51 924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sisa makanan dijadikan kompos. Cara ini bermanfaat untuk mengurangi sampah makanan. (sumber: SHUTTERSTOCK/JCHIZHE via kompas.com)

Menurut World Health Organization atau WHO, sampah adalah barang yang dihasilkan dari kegiatan manusia dan sudah tidak digunakan lagi untuk dipakai ataupun memang ingin dibuang. 

Dewasa ini, Indonesia menjadi salah satu negara yang menyumbang sampah terbesar ke-dua di dunia menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2021. 

Hal ini memperlihatkan masyarakat Indonesia terus membuang dan "memproduksi" sampah setiap hari sehingga sampah menjadi menumpuk.  

Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran diri dan tanggung jawab masyarakat, padahal jika diperkirakan sampah di Indonesia bisa mencapai 185 ton setiap hari. 

Angka 185 ton sampah tersebut terdiri dari 60 persen sampah organik, 14 persen sampah plastik, 69 persen sampah akhir buangan, dan 17 persen sampah kosmetik dan perawatan kulit. 

Artinya sampah bisa dikurangi untuk bagian sampah plastik sebesar 17 persen, dan 60 persen sampah organik bisa didaur ulang. Hal itu menjadi fenomena yang luar biasa sehingga tidak heran jika di daerah Bantar Gebang menjadi "gunung sampah".

Terkait dengan gerakan pengurangan sampah, kita bisa melakukan hal-hal sederhana. Kita bisa memulai dengan mengurangi sampah anorganik atau meniadakan buangan sampah organik dengan mengurangi penggunaan plastik dan mengganti alternatif konsumsi. 

Hal ini bisa kita sebut Gerakan Nol Sampah . Gerakan Nol Sampah secara sederhana adalah gaya hidup untuk mengolah sampah yang kita hasilkan agar tidak berkelanjutan.

Gerakan nol sampah sudah mulai populer saat ini, ada banyak hal sederhana yang bisa diterapkan dalam gaya hidup nol sampah. 

Menghindari sampah plastik atau mengurangi tas belanja kertas apapun bahannya. Penerapannya akan sedikit rumit karena faktanya pasti setiap hari bisa mengumpulkan 3-4 tas belanja. 

Hal pertama yang bisa kita lakukan mengurangi penggunaan sampah kemasan yaitu dengan cara membagi kategori 4 jenis sampah. 

Kategori tas plastik digunakan untuk sampah sehari-hari seperti sampah makanan atau bukan makanan, plastik sampah untuk sampah besar, tas kanvas untuk belanja bulanan, dan tas kertas untuk penyimpanan umbi-umbian atau semacamnya. 

Hal kedua yang bisa lakukan untuk menyimpan daging, ikan, ataupun frozen food bisa menggunakan wadah penyimpanan makanan. Sterofoam daging kemasan bisa digunakan untuk eco-brick (bata ekologis) agar sampah tidak menumpuk. 

Hal ketiga kita bisa mendonasikan barang yang sudah tidak terpakai lagi seperti pakaian, mainan anak, buku, alat elektronik, kasur dll. 

Kita bisa mendonasikan barang-barang tersebut pada korban bencana, panti asuhan, dan orang -- orang yang lebih membutuhkan daripada nanti berakhir di TPA.

Menurut (Zero Waste Indonesia) ZWID, upaya untuk memaksimalkan Gerakan Nol Sampah menggunakan metode 6R. Pertama, Refuse (menolak) seperti menolak kantong plastik saat berbelanja karena sudah membawa totebag. Kedua, Reduce (mengurangi) seperti mengganti pembalut sekali pakai menggunakan pembalut kain atau tampon.

Ketiga, Reuse (menggunakan kembali) misalnya menggunakan kembali botol plastik bekas sebagai pot tanaman. Keempat, Recycle (mendaur ulang) contohnya mengumpulkan bungkus sachet kopi untuk dibuat tas anyaman. 

Kelima, Rot (membusukkan) yaitu membusukan sampah organik seperti menjadi pupuk kompos. Terakhir, Rethink (memikirkan Kembali) adalah aspek penting karena berkaitan dengan hawa nafsu manusia.

Jadi berpiikirlah lebih dari sekali sebelum membeli sesuatu. Menerapkan metode 6R harus dimulai dari hal-hal kecil, khususnya sebagai Kaum Milenial kita harus mulai dari lingkungan sekitar. 

Gaya hidup dimulai dari kebiasaan-kebiasaan kecil, gerakan nol sampah tidak melulu mengenai untuk mengurangi saja melainkan gaya hidup ini bisa diterapkan untuk gaya hidup berkelanjutan atau Sustainable Living.  Apa maksudnya?

Sustainable Living adalah suatu gaya hidup untuk mengurangi dampak lingkungan sekitar dengan cara berkelanjutan. 

Ada banyak cara untuk pola hidup ini seperti mengurangi penggunaan sumber daya, membuat kompos, mengurangi konsumsi hewani, membeli produk merek lokal. 

Gaya hidup nol sampah dan gaya hidup berkelanjutan memiliki tujuan yang sama yaitu berutujuan untuk mengurangi dampak lingkungan secara keseluruhan dengan berbagai cara.

Mereka yang menjalani gaya hidup nol sampah mungkin merasa merasa nyaman untuk tidak memakan yang berkaitan dengan kemasan plastik, melainkan gaya hidup berkelanjutan ini memiliki pertimbangan untuk memberikan dampak yang lebih besar untuk mengatasi masalah perubahan iklim yang ekstrem. 

Perubahan iklim yang semakin hari menjadi masalah serius bagi kita dengan adanya gaya hidup berkelanjutan ini mampu memberikan dampak yang besar. Gaya hidup ini bisa mengurangi emisi gas rumah kaca. 

Nol Sampah juga dapat mengurangi dampak pada polutan dan penyakit menular lainnya dari TPA. Gerakan Nol Sampah ini juga memberikan keuntungan dalam peningkatan kesuburan tanah untuk pertanian lokal. 

Melalui olahan sampah kompos organik untuk menanam sayuran organik tanpa pestisida, hal ini akan menjadi lebih sehat untuk dikonsumsi jangka panjang karena tidak ada pupuk kimia.

Pengaruh dari gaya hidup ini juga mampu meningkatkan ketahanan pangan lokal dan ketahanan energi. 

Hal ini dikarenakan karena berkurangnya ketergantungan pada bahan baku menjadi lebih efisien. Salah satunya yaitu dengan mengurangi konsumsi daging dengan menggantinya dengan daging vegan. 

Mengutip dari National Geographic Indonesia sebuah penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Oxford Martin School menemukan bahwa dengan beralih ke diet vegetarian akan mengurangi penurunan emisi karbon sebesar 70 persen.

Atau, hanya dengan mengurangi konsumsi daging dapat memangkas emisi makanan sebesar 63%. Keuntungan Gerakan Nol sampah dalam manfaat sosial dan ekonomi masyarakat. 

Pencapaian kinerja pengelolaan sampah dapat dilakukan melalui upaya SDM yang tidak lepas dari peran pemerintah setempat. 

Seperti kinerja pengelolaan sampah di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah tahun 2020 yang telah berhasil berkat kehadiran Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu Refuse Derivied Fuel (TPST RDF). Program ini dibuat dari inisiatif milenial untuk mewujudkan

Komunitas sadar untuk mengelola sampah melalui bank sampah, limbah-limbah rumah tangga dipilah. Hasilnya, dari minyak jelantah diolah menjadi lilin dan sabun, sampah kertas dan plastik disulap menjadi tas cantik.

Bahkan botol air bisa diolah menjadi bata ekologis, bahkan menjadi energi terbarukan yang berguna sebagai bahan bakar pabrik semen (pengganti batu bara). Program ini juga dapat menjadi peluang bisnis bagi masyarakat setempat khususnya ibu -- ibu rumah tangga.

Bebas sampah mendorong kita untuk meminimalkan sampah yang menggunung menjadi sampah daur ulang. 

Dengan memandu masyarakat dalam mengubah gaya hidup yang semula tidak sadar akan timbunan sampah yang semakin hari bertambah, praktik-praktik dalam pengembangan sampah daur ulang harus digiatkan agar menjadi gaya hidup berkelanjutan yang dapat mengurangi penimbunan sampah.

Kita harus membiasakan gaya hidup nol sampah terutama di lingkungan sekitar. Gaya hidup nol sampah dapat membantu kita mengevaluasi gaya hidup meskipun gaya hidup ini bukan gaya hidup yang sempurna jangan jadikan alasan untuk tidak memulainya. 

Nol sampah bukan tujuan tetapi proses agar di masa depan terutama di Indonesia tidak lagi menjadi penyumbang sampah terbesar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun