Tanpa menjawab, Haga langsung pergi sembari berteriak: "Jaga dirimu baik-baik, see you!" Â Â
Haga. Orang misterius!Â
Lalu ku ambil laptop di Mas Rehan dan aku bergegas pulang. Hujan masih turun. Tapi aku mesti pulang, pasti Mama takut kalau aku pulang terlalu larut malam. Â Â
Di dalam bis, aku melihat jalanan, rasanya begitu sejuk. Rasanya segala penatku hari ini terbayar setelah mendengar benturan air hujan dengan jalanan aspal. Dengan bertemunya aku dan Haga, aku bisa belajar bahwa tak semua orang bisa kita pandang dari hal yang menonjol dari dirinya saja. Mungkin ada sebuah perjuangan sangat besar yang diterpa olehnya. Tak semua buku dilihat dari covernya. Aku selalu memandang orang lain lalu membandingkannya denganku. Ternyata aku salah besar. Haga menunjukkan persepsiku salah selama ini. Terima kasih Haga!
Aku menatap langit, lagi lagi dan lagi. Guntur menggelegar. Terkadang aku berpikir aneh tentang hujan. Kejutan yang manis dan pahit. Hawa dingin mulai menusuk kulit. Semua kulalui bersama hujan. Aku tak ingin melupakan kenangan bersama hujan. Yang selalu membawaku terhanyut pada kesunyian. Hujan memang penuh kejutan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H