"Ku tebak kamu pasti mengira aku anak konglomerat."
"B-bukankan memang begitu?"Â
Tak terasa hujan turun. Banyak hal tak terduga terjadi hari ini. Aku tidak membawa payung. Â Â
"Aku hanyalah anak dari seorang pembantu di sebuah rumah. Pemiliknya orang kaya. Tuanku sangat sayang padaku, sebab ia tak memiliki anak. Maka Tuanku memberi aku apa yang aku mau. Semenjak Ayahku pergi meninggalkan Ibuku, Ibuku bekerja di rumah Tuan. Tuan kebetulan sudah memasuki usia renta. Anaknya tidak lagi tinggal satu atap dengan Tuan. Maka, Tuan menyekolahkanku di SMA Holic. Akan tetapi, aku tetap berpegang pada prinsipku untuk selalu menganggap semua orang sama." Â Â
"Ayahku juga telah meninggal, satu tahun yang lalu, Haga." Â Â
"Kalau kita terbiasa hidup susah dari kecil, saat kita kelak mencapai titik kejayaan kita akan tetap bersikap biasa. Itulah hidup, banyak kejutan. Banyak hal yang terselip didalamnya. Beberapa kebahagiaan akan terselip juga beberapa kesedihan. Bahagia, sedih itu hal wajar dan manusiawi jika kita tertawa dan menangis."
"Kamu bersikap sangat bijak. Btw, terima kasih banyak atas bantuanmu. Lalu ini tanganmu bagaimana? Mari aku antar ke rumah sakit terdekat." Â Â
"Sudah sedikit membaik, kamu sebenarnya mau pergi kemana?" Â Â
"Aku akan mengambil laptopku di BEC. Mau ikut?"
"Aku harus pergi. Jika ingin berteman, temui aku di twitter. Hagamars." Â Â
"Baiklah, tapi ini tanganmu?" Â Â