Mohon tunggu...
KURNIAWAN WIDIAJI
KURNIAWAN WIDIAJI Mohon Tunggu... Guru - Guru

Le coeur a ses raisons que la raison ne connait point

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merdeka Belajar: Dekonstruksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara di Era Milenial

31 Mei 2022   10:46 Diperbarui: 31 Mei 2022   11:15 1957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Memahami dan menafsirkan "teks sosial" masa lalu dalam wilayah ilmu sosial dibutuhkan sebuah metode yang menangkap keunikan, perubahan, kedalaman, penghayatan, proses proses subyektif, dan makna. Singkatnya adalah sebuah penelitian kualitatif. 

Misalnya bagaimana menafsirkan teks teks kuno seperti mitologi, tradisi-tradisi, karya seni yang kesemuanya dari masa lampau. Rasionalitas dalam penelitian sosial dipahami sebagai "rasionalitas makna-makna simbolis," seperti kalau kita berusaha memahami makna mitos, maksud ungkapan hati, makna kata kata, tradisi dan seterusnya. 

Blaise pascal ilmuwan dan filsuf dari perancis, memberikan quote yang menarik :   "le qoeur a ses raison que la raison ne connait point" (hati memiliki  alasan alasan  yang tidak dimengerti  akal atau rasio) Manusia tidak hanya mengetahui kebenaran melaui rasio tapi juga menggunakan hati. Logika dan rasa di sini menjadi satu kesatuan rasionalitas, yang menurut Pascal disebut sebagai nalar yang lebih menyeluruh, yang tidak hanya nalar belaka dalam cangkupan  sains, ada pula nalar lain, yang ia sebut raison du Coeur (nalar hati atau nalar rasa).

Kesadaran akan perubahan jaman,serta  kesadaran akan kebutuhan belajar tidak hanya diharapkan tumbuh dalam diri murid tetapi juga muncul mulai dalam diri kita sebagai pendidik fasilitator pembelajaran. 

Selama Pandemik Covid disatu sisi ini kita mengalami learning loss namun disisi lain justru menjadi  blessing in disguise (berkah terselubung) untuk segera mengakselerasi  revolusi pendidikan di Indonesia. Guru seakan baru terbangun dari tidur panjang yang menina bobokan mereka dengan cara pembelajaran yang konvensional. Tiba tiba mereka dipaksa keluar dari zona nyaman. Kondisi pandemi memaksa mereka untuk lebih akrab dengan dunia digital. 

Dalam pembelajaran online menghasilkan  revolusi budaya dalam membangun interaksi sosial antara guru dan peserta didik. Tanpa disadari , perlahan Guru bergeser menjadi fasilitator agar murid belajar secara mandiri. Guru disekolah bukan lagi  satu satunya narasumber. 

Generasi milenial juga makin sadar kalau mereka hidup dalam berkelimpahan data. Internet kini menjadi jendela dunia. Sekarang guru tidak lagi menjadi satu satunya sumber pengetahuan, tetapi guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran. Hal diatas kemudian mengingatkan kita  pesan dari kihajar dewantara "tuntunlah murid sesuai dengan zamannya"

Salah satu cara untuk  meningkatkan  level berfikir murid diera milenial adalah melalui kemampuan HOTS (High Order Thinking Skill) yaitu keterampilan berfikir tingkat tinggi berupa kemampuan berfikir yang tidak sekedar mengingat, namun mampu mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi.

Menurut Benjamin S Bloom, hafalan atau mengingat  merupakan tingkat paling rendah dalam kemampuan berpikir (thinking behaviors). Padahal di era yang berlimpah data  dan informasi ini kita tidak boleh  hanya sekedar mampu membaca dan mengingat suatu informasi , namun ,menginvestigasi,menganalisa  dan mengevaluasinya.

Guru di era milenial harus mampu memanfaatkan big data ini menjadi suatu diskusi pembelajaran yang komprehensif dan multidimensional. Namun, dengan berlimpahnya data dan informasi  yang tersedia di internet, terkadang membuat mereka rentan terpengaruh disinformasi yang menyesatkan. Disinilah peran Guru sangat penting saat memberikan bimbingan dan panduan dalam merespon berbagai  data dan informasi yang membanjiri belantara dunia medsos melalui konektivitas internet.  

Disatu sisi Guru mengizinkan peserta didik untuk mengakses informasi seluas luasnya berkaitan dengan mata pelajaran yang diampunya, disisi lain Guru tiada henti memberi pengarahan dan  bimbingan pada peserta didiknya terhadap informasi yang keliru melalui kajian diskusi yang logis,kritis  dan konstruktif. Artinya, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan kognitif yang kompleks serta kemampuan sosial emosional menjadi begitu sangat penting. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun