Mohon tunggu...
Widadi Muslim
Widadi Muslim Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru yang energik, atraktif dan murah senyum. Motivator dan penulis buku kependidikan. Juara kedua kompetisi edukasi Anlene Hidup Penuh Makna. Saat ini mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 164 Jakarta Selatan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sepenggal Kisah Seorang Ibu

23 Desember 2022   00:24 Diperbarui: 23 Desember 2022   00:28 919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang Ibu menggendong anak. (Sumber Foto/Gambar: Pngtree)

Mama kembalilah padaku

Hanyalah dirimu pelita hidupku

Hatiku sedih, jiwaku meronta. Ingin berlari menjemput ibuku.

Waktu terus berlalu kini aku sudah tumbuh dewasa. Aku bekerja sebagai guru, sedapat mungkin aku memberikan pengertian kepada anak didikku tentang pengurbanan seorang ibu. Hari itu aku mengajar di kelas 8 dengan tema asyiknya bercerita.

Pada jaman dahulu di kalangan Bani Israil hiduplah seorang pemuda, Juraij Namanya.  Ia adalah pemuda yang tekun ibadahnya. Namun ia pernah membuat kesah ibunya. Ibunya berdoa, Allah mengabulkannya. Juraij pun celaka karena doa ibunya. Namun Allah menyelamatkannya.

Hikmah dari cerita di atas adalah sebagai anak kita jangan sekali-kali membuat kesal ibu kita. Pepatah mengatakan “Surga berada di bawah telapak kaki ibu,” mengandung makna bahwa jika seorang anak ingin mendapatkan pahala surga maka perlakukan ibunya dengan sebaik-baiknya, jangan durhaka. Bagaimana caranya? Pertama, bebuat baik kepadanya. Kedua, bersyukur dengan keberadaan ibu kita. Ketiga, berkata dan bersikap sopan kepadanya. Keempat, mengasihi dan mendoakannya.

Begitu tinggi dan mulianya ibu kita sehingga Allah mempercayakan seorang ibu sebagai awal kehidupan manusia. Di dalam surah Al Mu’minun ayat 12-14, Allah berfirman yang artinya; “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, pencipta yang paling baik. Kompasianer, selamat merayakan Hari Ibu. Jadikan Sepenggal Kisah Seorang Ibu ini menjadi Hadiah Buat Hari Ibu.

#hari ibu #hadiah buat hari ibu #sepenggal kisah seorang ibu #ribuan kilo #segumpal darah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun