Taman yang paling indah hanya taman kami
Tempat bermain berteman banyak
Itulah taman kami taman kanak-kanak
Mendengar ibu menyanyikan lagu itu seketika bangkit semangat belajarku karena teringat ibu guru, teringat teman-temanku di sekolah. Setelah mengantarku ke sekolah ibu biasanya berkemas menuju ke pasar. Ibu berjualan minyak goreng dan kelontong dengan jarak yang jauh dari rumah. Terkadang berjalan kaki namun terkadang naik sepeda gasela kesayangannya dengan kronjot (keranjang) menempel pada boncengannya. Di kedua sisi keranjang tersebut diisi dengan blek (sejenis jirigen) yang berisi minyak goreng, diatasnya barang dagangan lainnya. Maka jika saat ini saya mendengar lagu Iwan Fals yang bercerita tentang ibu, hatiku jadi trenyuh (sedih) karena lirik lagunya pas dengan sepenggal kisah ibuku dalam mengasuhku.
Ribuan kilo jarak yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku, anakmu
Ibuku sayang, masih terus berjalan
Walau tapak kaki penuh darah, penuh nanah
Ibuku memang pekerja keras. Jika ayahku pagi-pagi pergi ke sawah, ibuku melintasi sawah-sawah menuju ke pasar. Jika ayahku bertani menanam padi, ibuku berjualan sebagai pedagang kecil-kecilan. Suatu hari aku ikut ibu berjualan di pasar, wah senangnya bukan main.
“Ini anaknya ya Bu Jum?” Tanya teman-teman ibuku.
“Iya yang mbarep (anak pertama).”