Menanti fajar menembus kabut,
merpati-merpati akhirnya mati.
Aku akan gembira jika engkau merpati putih itu.
Di makam gurunya ia menabur bunga di lereng gunung tempat ia dulu berlatih. Fajar memberi hangat di sumur itu. Seekor merpati putih itu tak menghindar ketika ditangkapnya.
Semua lenyap seperti debu di bukit pasir beterbangan.
Ia membaca lontar di kaki merpati itu. Ia pahami; Gagak Hitam dari Selatan melancarkan perang pada Merak Putih dan sekutunya. Pembasmian.
“Kakang Aji?” ia menyebut nama kakaknya.
Setelah bertahun-tahun, pelarian dan perlawanan, ia memilih menyepi di padang pasir, tempat pelariannya dan tempat berguru, ia mulai mendirikan perguruan.
Perburuan dan pertarungan masih terjadi di segala penjuru, jauh dari tempat itu.
Kepada Bidadari Padang, gadis remaja itu memanggil ibu, berlatih bersama-sama remaja-remaja perguruan yang semuanya perempuan. Mereka berlatih dalam senyap, tanpa suara, hanya pedang atau senjata yang saling berdentangan. Namun setelah berlalunya waktu, di satu malam ketika bulan purnama, di padang depan perguruan, ia terkesiap.
Ia melirik langit. Lempeng emas yang menggantung cemerlang, membentuk bayangan tubuhnya di padang pasir. Awan seperti perahu berjalan pelan. Ia waspada.