Setelah pertemuan itu, Hasto beberapa kali bertemu dengan Nina dan mereka semakin akrab. Hasto kadang-kadang menemui Nina di rumah kosnya. Mereka saling bercerita tentang pekerjaan masing-masing. Hasto bercerita bahwa di kantor ia sibuk sekali karena ia mengalami dua kali Senin.
“Dua kali Senin?” Nina bingung dengan penjelasan Hasto, “orang-orang punya hari Senin, malah banyak, setiap bulan ada empat, setiap tahun ada,”
“Maksudku, setiap Minggu, ada dua Senin,” kata Hasto, yang membuat Nina tertawa dan membantahnya, “Tidak mungkin.”
Hasto menceritakan setiap Minggu ia ada meeting dua kali, berurutan, karena hari Senin dua kali. Senin, Rosi minta nonton. Dan besoknya, dia minta lagi, karena hari Senin lagi. Dia lelah juga merasakannya, tetapi orang lain pasti akan mentertawakannya jika ia menceritakannya. Nina menghentikan tawanya ketika Hasto mengakhiri ceritanya. Tiba-tiba ia seperti bersalah ketika Hasto meliriknya, karena mentertawakan cerita Hasto. Maka ia mengalihkan perhatian Hasto, “Cantik mana, antara Rosi dengan aku?”
Dan Hasto menjawab, “Nina!”
Nina tertawa lagi, sembari mengatakan, “Kalau Rosi yang bertanya, pasti kamu menjawab, Rosi!”
Dan Nina segera menyambung dengan bahasa yang halus, mesra, romantis. “Dasar laki-laki!” Hasto hanya tersenyum mendengar kata-kata Nina. Mereka saling melihat, memperhatikan satu sama lain, saling diam, dan terpesona satu dengan yang lain, “Aku jujur kok,” kata Hasto pelan, santai, terdengar jelas dan Nina sangat memperhatikan kata-kata Hasto. Nina seperti terkejut mendengar Hasto mengatakannya dengan lembut sekali. Tetapi ia terkesiap dan segera mengalihkan pandangannya, menghindar dari pandangan Hasto. Nina menjawabnya, “Ya, aku percaya, kok,” lembut ia berkata, hingga Hasto juga diam memperhatikan dan tersenyum pada Nina. Nina melanjutkan lagi, sambil memandang Hasto, menatapnya, “Laki-laki memang pembohong.” Dan Nina tertawa lagi. Hasto terlihat tersipu malu, telah dikerjai oleh Nina.
Hasto sepertinya sudah lelah, ribut, kacau dengan kondisi itu, dua kali Senin dalam seminggu membuatnya bekerja semakin keras. Tetapi ia masih bisa mengatasi pekerjaannya, bahkan menghadapi Rosi dan ditambah Nina kenalannya.
Setelah beberapa lama Hasto mengalami semuanya, satu hari Hasto dipanggil oleh pak Melaz ke ruangannya. Sementara pak Melaz malah sibuk di ruang tamu dengan tamunya. Di ruang pak Melaz, Hasto terkejut bertemu dengan Nina.
“Hei, Nina, kamu melamar pekerjaan di sini?” katanya memulai cerita. Dan ia mengakrabi Nina dengan cerita-ceritanya, begitu juga Nina menyambung akrab cerita dari Hasto, sembari menunggu pak Melaz. Mereka bercerita tentang film, musik dan lain-lain, dan Hasto menceritakan kehidupan kantor yang sangat dinamis. Pekerjaan banyak pasti Nina akan senang berada di kantor itu.
“Hasto!” pak Melaz tiba-tiba sudah di depan pintu ruangannya, dan menyuruh Hasto supaya duduk yang sopan, jangan mengganggu Nina. Ia menyuruh menghormati Nina.