Setelah meeting Hasto merasakan ada masalah, dan membuatnya bingung. Dia sepertinya telah berada di hari yang salah.
“Kenapa di meeting kamu seperti itu?” tanya temannya.
“Apa?” Hasto tak peduli. Dia memperhatikan ruangan kantor seperti sebelum meeting tadi, seperti berputar semua, membuatnya bingung.
“Kamu sakit? Kamu lembur apa semalam?” tanya temannya menyambung pertanyaan dan kesal tak mendapat tanggapan yang diharapkan.
Sementara Hasto menjawab, “Tidak apa-apa,” sembari melirik telepon genggamnya, memikirkan seseorang, perlu menelepon seseorang, dan juga melirik jam dinding di ruang itu.
Dia menelepon Rosi menanyakan apakah ia akan menonton atau tidak dan Rosi menjawab, “Iya, sudah berangkat!”
Hasto menengok jam tangannya dan segera bergegas. Dia terlihat terbengong-bengong. Dia seperti melihat ruangan kantor seperti berputar-putar. Teman-temannya yang masih bekerja pun seperti berputar-putar juga.
Hasto semakin sibuk, dan terlihat kelelahan. Minggu ia bermain baseball dengan teman-teman klub. Setelah itu, ia mengalami Senin yang dua kali, dobel. Dan ia tak mengerti. Ia tetap sibuk seperti biasa, bersepeda, membawa berkas ke rumah dan bekerja lagi, dan ia harus mengalami dua kali senin setiap minggu.
Pak Melaz memberinya banyak tugas. Dan Hasto semakin kelelahan, kadang tidak bisa menerima juga dengan Rosi yang selalu meminta agar jangan tertidur ketika di bioskop dan itu menjadi perdebatan di antara mereka. Kejadian yang dulu tidak pernah terjadi, dan Rosi tak mengerti bagaimana bisa terjadi, tetapi Hasto sendiri seperti tak bisa bercerita, tak akan bisa dimengerti. Begitu juga ketika makan bersama, Hasto terlihat dingin. Dia terlihat lelah.
Sementara itu, Pak Melaz menemui seseorang di bandara, perempuan bernama Nina. Ia melaporkan bahwa ia sedang mencari seseorang supaya menjadi pimpinan divisi, persiapan sudah berjalan. Dan ia menyerahkan berkas-berkasnya. Mereka terlihat serius membicarakan masalah kantor dan divisi baru yang direncanakan, berdiskusi, dan Pak Melaz terlihat sangat menghormati perempuan itu, meskipun umurnya jauh lebih muda. Mereka kemudian bersama-sama menuju kantor, tetapi perempuan itu turun di tempat lain.
Di hari Senin, ternyata Nina menonton di bioskop seperti tempat Hasto dan Rosi menonton. Di sana ia menemui Hasto dan berkenalan tanpa setahu Rosi. Mereka berbicara santai dan bertukar kartu nama. Setelah itu mereka menonton film masing-masing.