Mohon tunggu...
Wiatmo Nugroho
Wiatmo Nugroho Mohon Tunggu... -

hamemayu hayuning Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Double Monday

9 Februari 2017   22:58 Diperbarui: 9 Februari 2017   23:02 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ya, oke!” kata Hasto menatap Tompi.

Setelah beberapa lama kantor itu telah ramai dengan kedatangan teman-teman sekantor Hasto; sebagian besar perempuan-perempuan muda dan pria-pria muda, beberapa tampak juga yang telah seumur sedikit di bawah pak Melaz. Mereka mulai sibuk di tempat masing-masing; dengan lembaran-lembaran kertas, dengan komputer di meja, telpon yang sering berdering, dengan emosi dan konsentrasi yang terlihat di wajah. Beberapa terlihat saling berdiskusi sebentar, berbicara sambil menunjuk kertas yang mereka pegang.

Tompi membawakan minuman, menaruhnya di meja masing-masing secangkir, sambil mengatakan, “Saya ada kuliah jam sepuluh.” Kata-kata yang diucapkannya setiap menaruh cangkir. Kadang dengan menambahi, “Hanya hari ini saja.” Kadang ditanggapi dingin, tetapi ada juga yang menanggapi, “Bukannya kuliah sore hari? Mengganggu, dong?” dan Tompi menjawab, “Hanya hari ini, saya sudah bilang!” Mereka masih sibuk hingga siang hari, mengeluhkan Tompi tidak membantu mereka.

Di jam istirahat sebagian dari mereka makan bersama-sama di kantin di bagian belakang. Hasto dan teman-teman kantornya tampak di antara mereka. Di sana mereka terlihat ramai, memesan makanan, sebagian masih berdiskusi, tentang pekerjaan, tentang musik yang sedang tren, film dan yang lainnya.

“Sebenarnya, kita ini butuh satu hari lagi. Enam hari itu tidak cukup, tidak pernah cukup,” kata Hasto pada teman-temannya.

“Ya, tapi kalau kamu sudah punya delapan hari kerja, kamu juga akan bilang, ”kita butuh satu hari lagi.”

Dan hasto saling bantah, karena pekerjaan itu selalu dikejar waktu deadline, tak pernah cukup selesai.

Di hari lain, mereka akan bercerita hal lain, tentang hal yang sehari-hari terjadi; macet, tidak ada taksi, dan yang lainya.

“Aneh lho. Aku mimpi sedang bermain baseball. Aku lempar bola, dan dipukul jauh sekali, hebat sekali. Giliran aku lihat orang itu, ternyata kakekku!”

Teman-teman Hasto tertawa. Sebagian mendengar serius. Sebagian lagi usul, bahwa kakeknya yang sudah meninggal ingin bermain kasti dengan Hasto.

Hasto masih diburu-buru dengan kesibukannya. Di hari Senin dia harus meeting di kantor, siang hari. Ia sangat sibuk di hari Senin, selain untuk mempersiapkan meeting, dia juga harus mengerjakan pekerjaan hariannya. Di sore hari ia harus menemani pacarnya menonton. Ia menonton dengan membawa tas dari kantor, berisi berkas-berkas kantor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun