Mohon tunggu...
White Queen
White Queen Mohon Tunggu... -

Nama saya adalah White Queen salah satu impian terbesar saya adalah bisa menjadi seorang penulis fiksi dan membuat novel.. Dan saya harap tulisan saya dapat menghibur semua orang..

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Cowok Itu Bernama Edward

4 Desember 2009   09:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:04 1451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Rumah mewah itu berada tepat diujung jalan, pagarnya yang tinggi memberi kesan bahwa sang pemilik rumah tidak mau bersosialisasi dengan masyarakat sekitarnya. Aku mengamati selembar kertas kecil ditanganku. Benar ini alamatnya, kataku dalam hati. Kuputuskan untuk memencet bel, tak lama kemudian keluarlah seorang wanita setengah baya. Beliau pastilah mbok Num yang selama ini selalu setia menemani Tante Vina pikirku

" Selamat siang bu, apakah benar ini rumah Ibu Vina Hadinotodinata?" tanyaku kepada wanita setengah baya itu

" Benar non, ada apa ya?" Tanya wanita itu

" Aku Olivia keponakan Tante Vina, apakah Tante Vina ada, Mbok?" Sahutku

" Oh non Olivia, ada non ayo silakan masuk." Kata Mbok Num padaku

" Terima kasih mbok " Sahutku sambil mengikutinya masuk kedalam rumah

" Sebentar ya mbok panggilkan Ibu dulu " pamitnya padaku. Tidak lama kemudian keluarlah seorang wanita setengah baya yang wajahnya sudah tidak asing lagi bagiku.

" Olivia sayang apa kabar?" Sapa Tante Vina padaku

" Baik Tante" sahutku sambil memeluk beliau. Tante Vina adalah kakak mamaku, Beliau pindah ke kota ini setelah suaminya meninggal beberapa tahun yang lalu karena penyakit kanker. Tante Vina hanya tinggal berdua bersama Mbok Num disini. Itulah sebabnya tante Vina meminta mamaku agar aku dikuliahkan dikota ini untuk menemani mereka berdua.

" bagaimana perjalananmu tadi liv? Tanya tante vina sambil mengantarkanku kesebuah kamar

" Melelahkan tante " jawabku

" Tapi tidak susahkan mencari rumah tante?

" tidak sech hanya saja tadi aku agak kesasar"

" Liv, ini kamar kamu, tante harap kamu betah tinggal disini" kata tante Vina padaku

" Terima kasih tante " sahutku

" Liv tante tinggal dulu ya, kalo ada apa - apa jangan sungkan untuk ngomong ma tante ya."

" Iya Tante " sahutku.

Kamar ini cukup luas untukku, keliatannya aku akan sangat betah tinggal sini karena selama ini aku sudah menganggap tante Vina seperti mamaku sendiri. Kuharap malam ini aku dapat tidur dengan cepat karena mulai besok aku akan sangat sibuk mengurus persiapan kuliahku. Namun ketika malam tiba usahaku untuk tidur lebih awal sia - sia, rasa kantuk itu tak kunjung tiba, padahal waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Udara yang dingin menyusup masuk melalui jendela yang terbuka, akhirnya kuputuskan untuk menutup jendela namun tiba - tiba mataku tertuju pada seorang cowok berkemeja putih yang duduk dibangku taman didalam perkarangan rumah. Siapakah orang itu? Tanyaku dalam hati, bukankah tante Vina hanya tinggal berdua saja dengan Mbok Num. Pertanyaan demi pertanyaan terus mengusik kepalaku, dan rasa penasaranku yang begitu tinggi membuatku memutuskan untuk terus mengamati cowok itu dari jendela kamarku. Kelihatannya dia sedang asyik mengamati ikan - ikan didalam kolam. Tante Vina memang senang memelihara ikan mas, Ikan - ikan itu sangat banyak jumlahnya dengan berbagai ukuran. Tiba - tiba cowok itu bangun lalu berjalan menuju pintu gerbang dan menghilang. Bulu kudukku tiba - tiba berdiri, kuberanikan diri untuk turun kebawah namun cowok itu telah hilang bagai ditelan bumi.

Keesokan paginya aku berusaha untuk mencari tahu siapa cowok berbaju putih yang aku lihat semalam.

" Pagi Mbok " sapaku

" Pagi non " sahut Mbok Num padaku

" Mbok, tante Vina ada?" Tanyaku

" Oh Ibu udah pergi dari tadi pagi non." Jawab mbok Num

" Oh "

" Mbok aku mau nanya sesuatu "

" nanya apa non? "

" Semalam aku melihat seorang laki - laki berpakaian putih sedang duduk dibangku taman, itu siapa mbok?" Tanyaku

" Non salah lihat kali " Jawab mbok Num, kulihat wajahnya tiba - tiba berubah seakan - akan beliau menutup - nutupi sesuatu

" Tidak mungkin aku salah liat mbok, wong aku lihat dengan jelas laki - laki itu duduk disana kok " terangku

" Tidak ada siapa - siapa dirumah ini non selain kita bertiga " Jawab mbok num

" Mungkin aku salah lihat mbok " Jawabku pada mbok Num, Aku tidak mau memperpanjang masalah ini lagi mungkin semalam aku memang salah lihat namun rasanya itu mustahil karena hamper satu jam aku mengamati cowok itu dari jendela kamarku.

" Mbok aku berangkat dulu ya ke kampus, mungkin nanti aku agak telat pulang karena ada beberapa hal yang harus aku urus" kataku pada mbok Num

" Hati - hati dijalan non " Sahut Mbok Num.

Perjalanan dari rumah ke kampus ternyata tidak terlalu memakan waktu, aku hanya tinggal naik satu kali angkot untuk kekampus. Suasana kampus cukup agak langgeng mungkin karena sekarang sedang libur. Setelah mengurus segala keperluanku aku memutuskan untuk pulang kerumah.

" Hai Olivia bagaimana kabar kamu hari ini? " Sapa Tante Vina padaku

" baik tante " sahutku

" Kapan kamu mulai kuliah?" Tanya tante Vina

" Senin tante " sahutku

" Oh bagus sayang, tante harap kamu betah tinggal disini "

" Iya tante "

" Oh ya kamu sudah menelpon mamamu?"

" Sudah tante, kemarin " sahutku

" Tante sangat berterima kasih kamu mau kuliah dikota ini dan menemani tante disini."

" Aku juga senang tante bisa tinggal disini " sahutku

" ya udah kamu istirahat dulu sana "

" Iya tante " jawabku.

Setelah pamit, aku kembali kekamarku. Tiba - tiba rasa penasaranku kembali menguasai, kuputuskan untuk menenggok ke jendela ternyata tidak ada siapa - siapa disana. Ah mungkin benar kata mbok Num semalam aku hanya berhalusinasi kataku dalam hati berusaha untuk menenangkan pikiranku yang mulai tak menentu. Aku mulai menyibukkan diri dengan sebuah novel yang baru aku beli tadi siang di kampusku. Tiba - tiba aku mendengar suara seorang cowok yang sedang bernyanyi berasal dari luar jendela, aku langsung melompat bangun dari tempat tidurku dan berlari ke arah jendela, kulihat cowok yang kemarin malam aku lihat sedang duduk di bangku taman sambil menatap kolam ikan sama persis seperti kemarin. Rasa penasaran membuatku memutuskan untuk menghampiri cowok itu.

" Siapa kamu?" tanyaku pada cowok berpakaian putih itu. Cowok itu hanya tersenyum padaku. Ternyata cowok ini sangat tampan, wajahnya memang agak pucat namun itu semua tidak mengurangi ketampanannya.

" Aku?" tanyanya

" Iya kamu, memangnya siapa lagi yang ada disini selain kamu dan aku" Tanyaku, namun dia hanya tersenyum sambil kembali menatap kolam ikan

" Hey aku bertanya padamu " kataku kesal

" Untuk apa kamu tahu namaku?" Tanyanya

" Ok kalo begitu mengapa tengah malam begini kamu berada dirumah orang?" tanyaku

" Karena aku suka mendengarkan suara gemericik air yang tenang " sahutnya

" Bagaimana kamu bisa masuk kesini?" Tanyaku

" Itu urusan aku kamu tidak perlu tahu"

" hey aku bisa saja berteriak karena kamu masuk rumah ini tanpa ijin "

" Silakan kalo kamu mau karena tidak akan ada orang yang mendengar teriakanmu" katanya

" Kata siapa, tante dan mbok Num pasti akan mendengarnya" Kataku

" Percuma mereka sudah sangat terlelap jadi tidak mungkin mereka mendengar teriakanmu" Sahutnya

" Kenapa kamu begitu yakin?" tanyaku

" karena aku sudah hafal kebiasaan mereka " sahutnya sambil berjalan meninggalkanku

" hey kamu mau kemana? Tanyaku

" Pulang " sahutnya sambil memanjat pajar.

Cowok itu kelihatan mahir sekali memanjat pajar setinggi satu setengah meter itu dan diapun menghilang ditengah gelapnya malam. Kuputuskan untuk kembali ke kamarku, aku benar - benar tidak mengerti kok bisa ada orang aneh seperti itu yang kerjaannya tiap malam datang kerumah orang hanya untuk melihat kolam ikan.

Keesokan malamnya aku menunggu cowok itu dibangku taman dekat kolam namun cowok itu tak kunjung datang, akhirnya kuputuskan untuk kembali ke kamar namun ketika aku akan meninggalkan bangku taman itu tiba - tiba ada suara dibelakangku

" Kamu nungguin aku ya?" Tanya cowok itu

" Ih kegeeran, aku Cuma mau tahu apa sech enaknya menatap kolam ikan dimalam hari." Jawabku berbohong. Cowok itu hanya tersenyum misterius mendengar jawabanku

" Siapa namamu?" Tanyanya kemudian

" Olivia dan namamu? " sahutku

" Edward" Jawabnya

" Kamu tinggal dimana?" Tanyaku

" Dimana saja aku suka " Jawabnya

" Lalu untuk apa kamu malam - malam kesini?" Tanyaku

" Untuk melihat ikan - ikan itu " katanya sambil menunjuk kolam ikan didepan kami. Sejak saat itu setiap malam kami sering bertemu di bangku taman dekat kolam ikan. Aku sangat senang akhirnya aku memiliki seorang teman disini.

" Edward, ceritakan sesuatu tentang diri kamu. " pintaku suatu hari

" Untuk apa Liv?"

" Aku penasaran sebenarnya siapa sech kamu itu, kedatangan kamu kerumah ini setiap malam benar - benar misterius."

" Suatu hari nanti pasti aku ceritakan namun sekarang belum saatnya"

" Janji ya "

" Iya "

Suasana kampus sangat ramai pagi ini, mungkin karena hari ini adalah hari pertama masuk setelah seminggu yang lalu kami menjalani ospek.

" Pagi Olivia "

" Pagi Jimmy "

" Kita sekelaskan untuk mata kuliah ini " Tanya Jimmy padaku. Jimmy adalah teman seperjuanganku semasa ospek kemarin.

" Iya Jim kita sekelas " Sahutku

" Liv temanin aku kekantin dulu ya lapar neh belum sarapan "

" Kebetulan aku juga belum sarapan " sahutku sambil melangkahkan kaki menuju kantin namun tiba - tiba mataku tertuju pada sekumpulan cowok - cowok yang sedang bermain basket dilapangan basket

" Edward?"

" Hey kamu kenal dia?" Tanya Jimmy padaku

" Iya kamu juga? "

" Iya siapa sech yang tidak tahu siapa Edward "

" Iho memangnya siapa dia?" Tanyaku

" Masa kamu tidak tahu?" Tanyanya

" aku hanya mengenalnya sebagai seorang Edward, hanya itu tidak lebih" kataku

" Dia itu seorang ketua senat dikampus ini selain itu juga juga seorang atlet basket. Masa kamu tidak tahu soal ini?" Tanyanya padaku

Aku hanya mengelengkan kepalaku tanda tidak tahu

" Aku pikir kamu salah satu fansnya dia "

" fansnya?"

" Iya kamu lihat cewek - cewek dipinggir lapangan basket itu, mereka selalu ada disana untuk melihat Edward latihan setiap hari."

"Oh" sahutku sambil melihat cewek - cewek itu yang meneriakkan nama Edward. Namun kelihatannya Edward tidak terlalu perduli dengan keberadaan cewek - cewek itu. Dia terlihat sangat konsentrasi pada permainan basketnya.

Aku tidak percaya pada apa yang aku lihat hari ini, Edward yang selalu muncul setiap malam diperkarangan rumah tante Vina adalah seorang atlet basket yang sangat terkenal dikota ini. Lalu untuk apa setiap malam dia selalu muncul dikolam ikan itu? Aku benar - benar tidak mengerti dengan jalan pikiran cowok itu.

" Liv " Panggil Jimmy membuyarkan lamunanku

" Kok malah bengong sech Liv?" Tanya Jimmy padaku

" eh gak papa kok " kataku

" Ayo kita makan aku sudah mulai lapar neh " Kata Jimmy padaku

" Oh iya " Sahutku sambil kembali berjalan menuju kantin.

Suasana kantin lumayan ramai, setelah memesan bubur ayam aku dan Jimmy pun mencari sebuah meja yang kosong namun sayang usaha kami sia - sia akhirnya kami memutuskan untuk bergabung dengan dua orang cewek yang sedang duduk

" Permisi apakah kursi ini kosong?" Tanyaku pada mereka

" Oh kosong kok, duduk aja " Jawab seorang cewek yang berbaju biru

" Terima kasih " Sahutku

" Jen coba lihat si Edward deh kalo aku perhatiin makin ganteng aja dia " Kata Cewek berbaju biru itu pada temannya

" Iya, jadi kapan kamu akan memberikan surat itu padanya? Tanya cewek yang bernama Jen itu

" Mungkin sore ini, doain aku ya semoga dia mau menjadi pacarku "

" Iya pasti aku doain " Ujar Jen

" Tapi aku agak takut ini, kan kamu tahu sendiri berapa banyak cewek yang ditolak ma Edward "

" Udah kamu coba dulu aja siapa tahu nasib kamu baik " Ujar Jen memberi semangat

Diam - diam aku mulai mendengar pembicaraan mereka

" Amin dan kuharap Edward sudah dapat melupakan kepergiaan Ami" Kata Cewek itu

" Seharusnya sech bukankah Ami telah pergi meninggalkannya 3 tahun yang lalu masa iya waktu selama itu tidak dapat membuatnya melupakan sosok Ami

" Jen apa sech penyebab Ami menghilang tiba - tiba ?" Tanya Gadis itu

" Aku tidak tahu"

" Semenjak kepergian Ami sampai sekarang Edward tidak pernah pacaran lagi dan sejak itu dia juga berubah."

Ami? Siapakah Ami pikiranku mulai dipenuhi berbagai pertanyaan. Aku tidak mengerti mengapa Edward begitu misterius. Benarkah Ami kekasih Edward telah menghilang secara tiba - tiba 3 tahun yang lalu? Mengapa Edward selalu datang untuk memandang kolam ikan dihalaman rumah tante Vina. Aku benar - benar penasaran pada sosok Edward. Akhirnya kuputuskan untuk menunggunya dipinggir lapangan basket.

" Edward " sapaku

"........." Edward hanya melirikku sebentar lalu berjalan meninggalkan aku

" Edward " Panggilku sekali lagi

" Ada apa sech manggil - manggil" Katanya ketus

" Kok kamu gak bilang kalo kamu juga kuliah disini?" tanyaku

" Buat apa?" sahutnya sambil berlalu meninggalkan aku. Sikapnya benar - benar berubah 180 derajat, dia tidak seperti Edward yang aku kenal selama ini. Aku tidak mengerti mengapa dia tiba - tiba seperti menghindari aku. Dan semenjak kejadian pagi itu, Edward tidak pernah datang lagi kerumah tante Vina. Bahkan jika bertemu denganku dikampus dia seperti tidak pernah mengenalku. Aku tidak tahu apa penyebab dia berubah. Diam - diam aku mulai merindukan kedatangannya setiap malam kerumah tanteku, aku ingin sekali berbicara padanya seperti dulu. Namun sepertinya semua harapanku sia - sia. Oh Tuhan mungkinkah aku telah jatuh cinta? Tapi mengapa harus Edward? Aku menarik nafasku dalam - dalam dan berjanji harus belajar membunuh perasaan ini karena aku tahu aku tidak boleh jatuh cinta padanya.

Aku mulai menyibukan diriku pada berbagai kegiatan kampus, dan kuharap semua perasaan ini dalam segera hilang namun setiap kali aku bertemu dengannya jantungku seakan - akan berdetak sangat kencang. Dan semakin dia dingin padaku rasa penasaranku semakin tinggi padanya. Oh Tuhan mengapa aku harus jatuh cinta padanya? mengapa harus dia? Tuhan tolong hilangkan semua perasaan ini, tolong hapus dia dari kepalaku. Jangan biarkan rasa ini terus tumbuh dengan suburnya karena aku tahu aku pasti akan kecewa.

" Olivia " Panggil Jimmy

" Ya Jim, ada apa?"

" kamu kenapa Liv kok sedih sech?"

" Oh gak papa kok Jim."

" yakin gak ada apa - apa?" Tanya Jimmy padaku

" Gak papa kok "

" Kalo kamu butuh teman untuk curhat, aku siap kok mendengarkan kamu " Katanya padaku

" Iya Jim terima kasih ya" Kataku padanya

" Oh ya Liv hari ini kita belajar kelompoknya dirumah kamu aja ya" kata Jimmy padaku

" Ok gak papa kok, kamu mau datang jam berapa kerumah aku? Tanyaku

" Jam 7 malam ini aja deh, tapi aku minta alamat rumah kamu ya

" Jalan Akasia I no 9, rumahku tepat berada diujung jalan Akasia" Terangku

" Jalan Akasia I No 9?" Tanyanya kaget

" Iya kenapa? Tanyaku

" dulu itu adalah rumah Ami pacar kakakku " sahutnya pelan

" Ami? "

" Iya Ami, dia adalah kekasih Edward yang menghilang 3 tahun yang lalu" Terang Jimmy

" Jadi Edward itu kakakmu?

" Iya dia kakakku "

" Mengapa Ami menghilang?"

" Entahlah, semenjak ayah Ami dipenjara. Ami dan keluarganya menjadi sangat tertutup kemudian secara tiba - tiba mereka menghilang bak di telan bumi tidak ada seorangpun yang tahu keberadaan mereka. Rumah mereka yang sekarang kamu tinggali itu pun disita oleh bank. Sejak itu Edward selalu berusaha mencari keberadaan Ami namun semuanya sia - sia. Kami tidak pernah tahu dimana sekarang mereka berada. Ayah Ami akhirnya meninggal dipenjara karena stress memikirkan keluarganya yang menghilang tanpa kabar."

" Apa kalian sudah melaporkan ini kepolisi?" Tanyaku

" Sudah, namun kasus ini ditutup setahun yang lalu karena polisi tidak berhasil mencari keberadaan mereka"

" Apakah itu sebabnya setiap malam Edward selalu datang kerumah tanteku dan duduk didepan kolam ikan?"

" Iya, kolam ikan itu hasil karya Ami yang pertama, Ami itu kuliah dijurusan Arsitektur."

" Oh lalu mengapa tiba - tiba Edward jadi dingin padaku?"

" Sejak kepergian Ami, Edward selalu dingin padaa semua cewek " sahut Jimmy

" Tapi dulu dia baik padaku "

Jimmy hanya mengangkat bahu

" Edward itu berubah semenjak ditinggal Ami, dia menjadi sangat tertutup sekali dan senang menyendiri "

Aku hanya dapat terdiam mendengar cerita Jimmy. Jadi kolam ikan itu adalah buatan Ami, pantaas setiap malam Edward selalu memandang kolam ikan itu. Kemana Ami selama ini? Mengapa mereka menghilang bak ditelan bumi? Dan mengapa tiba - tiba Edward menjauhiku?

Sampai kelulusanku pertanyaan - pertanyaan itu tidak dapat terjawab. Setelah aku lulus aku memutuskan untuk kembali kekota asalku, melupakan semua kenangan tentang Edward. Aku tidak mengerti mengapa semua cerita tentang Edward selalu saja memenuhi kepalaku. Aku harap dengan kepergianku aku dapat melupakan Edward selamanya.

Suasana bandara Internasional Changi tampak lenggang, pesawat yang menuju ke Jakarta telah berangkat setengah jam yang lalu. Itu artinya aku harus menunggu 5 jam disini huff seandainya saja tadi aku tidak kesiangan mungkin aku tidak perlu membuang - buang waktu seperti ini. Aku memutuskan untuk mencari segelas kopi panas disebuah café. Setelah memesan segelas kopi dan kue aku mencari sebuah meja dipojok kanan café. Tanpa aku sadari tiba - tiba ada seseorang yang menghampiri mejaku

" Kamu Olivia kan?" Tanyanya ragu. Aku mengangkat kepalaku dan betapa kagetnya aku saat menyadari siapa orang yang ada didepanku

" Edward?"

" Iya Olivia ini aku " sahutnya lembut kali ini tidak ada lagi kesan dingin padanya

" Apa kabar Edward?" Tanyaku

" Baik, kamu sendiri bagaimana kabarnya? Boleh aku duduk disini? "

" Silakan, aku baik " sahutku

" Liv " panggilnya lembut

" Ya " Sahutku. Jujur aku mulai agak kikuk saat ini debar jantungku seakan - akan berlomba

" Aku ingin minta maaf padamu " ujarnya pelan

" Untuk apa?" Tanyaku pura - pura tidak tahu

" Karena aku sudah bersikap tidak baik padamu " Sahutnya

" Mengapa kamu tiba - tiba berubah jadi dingin padaku Edward? "

" Maafkan aku Olivia, sejak bertemu denganmu pertama kali aku mulai menyukaimu namun aku tidak ingin menjadikanmu perlarian karena itu aku berusaha untuk memastikan perasaanku sendiri. Namun saat melihatmu semakin menjauh dariku aku berpikir kamu pastilah sangat membenciku. Aku tidak memiliki keberanian untuk mendekatimu karena saat aku berusaha mendekatimu aku teringat pada Ami mantan pacarku yang tiba - tiba menghilang."

" Mengapa kamu selalu muncul dirumah tanteku setiap malam?"

" Sebelum tantemu tinggal disana, rumah itu adalah rumah Ami namun rumah itu disita oleh bank dan dibeli oleh tantemu. Alasan aku selalu datang kesana setiap malam karena aku sangat merindukan Ami, Kolam ikan itu adalah hasil rancangan Ami. Itulah sebabnya aku selalu memandangi kolam setiap malam."

" Lalu mengapa tiba - tiba kamu tidak pernah datang lagi?"

" Karena aku ingin memastikan bagaimana sebenarnya perasaan aku, rumah itu memberikan banyak kenangan padaku dan kehadiran kamu pelan - pelan mulai mengembalikan aku seperti sedia kala namun aku tidak ingin semua masa laluku mempengaruhi perasaan aku padamu."

Aku hanya dapat terdiam mendengar semua ceritanya

" Maafkan aku Liv, kepergianmu membuat aku merasa kehilangan untuk yang kedua kalinya namun aku tidak memiliki keberanian untuk mencarimu. Aku tahu kamu pastilah sangat membenciku."

" Sudahlah Edward aku telah memaafkan kamu "

" Terima kasih Olivia. Oh ya apakah kamu telah menikah?"

aku mengelengkan kepalaku

" Kenapa?"

" Aku belum menemukan seseorang yang tepat, bagaimana dengan kamu?tanyaku

" Aku akan menikah tahun depan " Sahutnya

Mendengar ucapannya hatiku seperti teriris - iris pisau namun aku berusaha menyembunyikan perasaanku

" Oh ya selamat ya " Jawabku

" Terima kasih, kamu mau aku kenalkan pada calon istriku?" Tanyanya

" Oh tidak terima kasih, pesawatku akan segera berangkat" Kataku berbohong

" Hanya sebentar saja kok " pintanya setengah memohon padaku.

" Ya udah kalo gitu tapi sory aku tidak bisa lama - lama ya " sahutku

" Iya " katanya saambil berdiri dan memanggil pelayan. Entah apa yang dia bisikan kepada pelayan itu dan kemudian dia kembali kemejaku.

" Mana calon istrimu?" tanyaku tak sabar

" Tunggu saja " Katanya sambil tersenyum.

Tak lama datang lah seorang pelayan membawakan sebuah cermin dan memberikan cermin itu pada Edward.

" Untuk apa cermin itu?" Tanyaku bingung

" Ini dia calon isteriku, namanya Olivia " Katanya sambil tersenyum penuh arti

" Maukah kamu menjadi isteriku Olivia?" Tanyanya kemudian

Sesaat darahku terasa berhenti, aku merasa wajahku bersemu merah karena malu

" Olivia" Panggilnya lagi

Aku hanya mengangguk tanda setuju.

" Benarkah?" tanyanya tak percaya

" Iya Edward sebenarnya aku juga telah lama menyukai kamu" jawabku malu - malu

" terima kasih Liv "

Hari itu adalah hari yang paling bersejarah untuk kami karena Tuhan telah mempertemukan kami kembali disini. Terima kasih Tuhan untuk hadiah yang indah ini.. SEKIAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun