“Kakak, kok tidak mulai-mulai kelasnya,” tanya seorang anak sambil menghampiriku.
“Kakak tunggu sampai kalian berhenti main dan duduk diam,” jawabku tegas.
Anak kurus berkulit putih itu tersenyum nakal dan menyahut, “Kalau gitu kakak ikut main dulu yuk?” Tangannya menarik tanganku. Beberapa anak lain pun juga mendorong tubuhku. Adegan selanjutnya? Seorang guru Sekolah Minggu yang dipersiapkan untuk mengajar kebenaran Firman Tuhan itu bermain kuda-kudaan dengan murid-murid sekelasnya. Tidak perlu dijelaskan siapa yang menjadi kuda, dan siapa yang berebutan untuk duduk atau berdiri di punggung. Guru yang malang. Anak-anak kelas tentu saja menikmati acara permainan tanpa rencana itu, sementara sang guru terkapar di sudut ruangan dengan rasa gagal dan punggung yang pegal.
***
“Kayaknya saya tidak cocok deh mengajar di kelas kecil,” keluhku pada koordinator kami ketika sharing dan doa bersama untuk persiapan pelayanan. Saya menceritakan apa yang terjadi. Tidak ada simpati dari rekan-rekan yang lain, malah mereka tertawa terbahak-bahak ketika rekannya yang malang harus menjadi kuda yang dinaiki bergantian oleh murid-murid di kelas.
“Cobalah sekali lagi!” jawab koordinator kami.
Sekali lagi? Ya ampun. Sekali saja sudah cukup untuk membuat punggung ini pegal, apalagi kalau harus mencoba sekali lagi.
“Pelajaran minggu depan mudah kok, tentang mengasihi dan menaati orang tua,” lanjut koordinator kami. Sharing akhirnya ditutup dengan doa bersama.
Saya duduk termangu di kelas persiapan. Presentasi menarik dari rekan guru yang lain tidak terlalu saya perhatikan. Saya butuhkan jurus sakti untuk membuat anak-anak diam dan duduk. Bagaimana bisa mengajar kalau membuat anak-anak duduk diam saja saya tidak bisa? Otak saya berputar mencari akal bagaimana membuat anak-anak duduk. Tidak ada ide atau gagasan yang bagus. Buntu.
***
Kamis itu, saya memasuki ruang kelas Sekolah Minggu dengan rasa putus asa. Hm … punggung saya rasanya akan jadi korban lagi hari ini, batin saya. Anak-anak segera menyerbu saya dan berteriak-teriak mengajak main kuda-kudaan lagi.