Saya pun tersenyum. Menyaksikan anak remaja yang sedang jatuh cinta dan berpegangan tangan di gedung bioskop adalah pemandangan biasa. Melihat suami isteri saling memeluk juga adalah hal yang umum. Tapi, mendengar dan melihat kemesraan pasangan suami isteri yang sudah berusia lebih dari 70 tahun, ini baru luar biasa.
Ada saatnya, cinta memang bertahan melintasi usia, atas ijin yang Mahakuasa.
***
“Hari ini genap sepuluh tahun,” kata pria itu yang menyambut kedatangan saya.
Saya ada di sebuah kamar tidur yang luas yang berada di sebuah rumah yang indah. Di kamar tidur itu, tersusun rapi obat-obatan dan beberapa perlengkapan medis. Ada tabung oksigen berukuran cukup besar di sudut kamar. Suhu udara di kamar itu terasa cukup dingin bagi tiga orang yang ada di dalamnya.
Saya, pria itu dan seorang perempuan yang terbaring dalam keadaan koma selama sepuluh tahun.
“Apa yang bapak ingin saya doakan bagi istri?” tanya saya
Pria itu menatap istrinya yang tak berdaya. Tangannya mengusap-usap rambut istrinya dengan penuh kasih sayang. “Saya tidak ingin meminta apapun dari Tuhan. Tuhan sudah memberi banyak kepada kami. Saya telah menikmati dua puluh tahun terbaik dalam pernikahan dengan kondisi istri yang sehat. Saya bersyukur untuk itu. Kini, Tuhan memercayakan saya untuk merawatnya selama sepuluh tahun. Saya pun mensyukurinya. Istri saya masih ada, walau tidak berdaya. Saya berserah sepenuhnya pada apa yang Tuhan pandang baik bagi saya dan istri.”
Pria itu menundukkan kepala, mencium kening istrinya dengan penuh kasih sayang, lantas berbisik dekat telinganya,” I love you.”
Tidak ada respons apapun dari sang istri.
Saya yakin cinta hadir di situ. Bukankah cinta tak selalu hadir dalam kata? Cinta tak hanya bisa bersuara melalui nada dan kata. Cinta mewujudnyata dalam kesunyian kesetiaan yang menyapa relung hati terdalam.