Petugas itu mengambil buku dalam tumpukan dengan penuh otoritas dan percaya diri. Gadis berkacamata yang berselonjor di antara rak buku itu memandang pasrah. Petugas itu, meraih empat buku yang dengan semena-mena dimanfaatkan sebagai pengganjal, dalam genggamannya yang kukuh.
Dua rak buku dari tempat kejadian teguran, posisi May, dia mendengar dan menikmati peristiwa itu sebagai hal yang menyenangkan: sebuah hiburan di antara kebingungan menemukan buku yang tepat di tempat yang sunyi ini. Jujur saja, May belum menemukan yang dia cari. Berita bagusnya, May memiliki alasan untuk tersenyum-senyum sendiri.
Buku yang sudah dibaca, silakan diletakkan di sini
*
Empat buku segera terlihat sekeluarku dari ruang koleksi kesehatan dan pendidikan. Di situlah dia meletakkan semuanya, meja rendah coklat mahoni di sudut lobi. Semua mata dengan mudah menemukannya. Siapa dia? Petugas muda berwajah bulat sawo matang yang kerap berkeliling dengan tumpukan buku di pelukannya. Dia, menegur dengan ringkas dan lawannya menyerah.
Mengingat dan seterusnya, menimbang dan seterusnya, maka sejak ketukan ini dibuat, mari kita panggil dia Dodo.
Dodo adalah spesies burung yang sudah punah. Dulunya, mereka tinggal di belantara Mauritius. Spesimennya pernah dibawa ke Inggris untuk diteliti. Dia angsa tapi bukan angsa. Dia bebek tetapi bukan bebek. Dia gendut, tapi bukan Baby Huey. Dia pernah terjebak dalam kisah-kisah ajaib Lewis Carroll: Alice in Wonderland.
Sejak menyantap kengerian diburu orang-orang pribumi, dia mencari suaka ke luar negeri, May mulai menyangka. Sejak saat itu, kisah ini terjadi, dia menjadi anggota tetap kerajaan Inggris. Beruntung, dia. Punah tapi tetap abadi.
Sikap Dodo yang baru saja dipersaksikan itu, langka ada yang melakukannya dengan baik. Aku ingin dia tidak punah. Aku ingin dia abadi. Di belantara kalbuku, aku ingin mengabadikannya dalam stoples kaca penuh larutan formaldehid, meletakkannya di atas rak tinggi, di sebuah tempat yang semua jiwa yang melintas dapat menemukannya dengan baik. Sebuah tulisan di bawahnya, dalam grafir yang paling cantik: Dodo-man, Dia Melakukan Apa yang Orang Tidak Melakukan, lalu lima puluh buku referensi terdaftar rinci di bawahnya dengan keterangan di blok mana saja buku-buku itu bisa ditemukan.
Jangan bilang aku keji karena berniat mengawetkan badannya. Bukan. Oh, ya Tuhan, yang benar saja! Yang aku awetkan bukan jasadnya, melainkan kualitas jiwanya. Hal tersulit untuk dilakukan di dunia nyata. Tentu, ini hanya boleh bertumbuh di sekitar ladang imajinasi, bukan diwujudkan di dunia nyata, meskipun mungkin, aku ingin itu bisa terjadi. Mengawetkan 'benda-benda' abstrak. Seperti apa wujud awetan dari sikap gigih, sigap, dan teliti? Sekali lagi, sebuah alasan untuk tersenyum-senyum sendiri.
May berjongkok di deretan buku-buku fiksi dan terkaget ketika berdiri. Sebuah wajah yang terlintas dalam imajinasi stoples spesimen: Dodo.