Mohon tunggu...
Wening Yuniasri
Wening Yuniasri Mohon Tunggu... Guru - Pelajar kehidupan

Menulislah, maka engkau abadi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kode

12 September 2024   00:00 Diperbarui: 12 September 2024   00:11 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Mereka baik. Seperti yang kau tahu, aku punya keponakan, dan tahun ini akan bertambah lagi seorang. Kamu ingat yang pernah kutunjukkan fotonya waktu itu? Dia sudah kelas dua SD."

Aku mengangguk lagi lalu menyorongkan mulut pada sedotan. Es dan cokelat, beku dan tertutup. Sepertinya aku keliru memesan minum. Tapi aku butuh sesuatu untuk membuat nyaman kerongkongan.

Dia sepertinya lebih bisa menguasai keadaan. Greentea milk disesapnya baru sekali di awal minuman itu datang. Sementara aku membiarkan isi gelas gemuk ini mencair, seolah-olah meminta cukup jeda agar aku siap berinteraksi dengan masa kini, yang direcoki masa lalu. Dia sekarang dan dia dahulu. Aku silam dan aku di masa kini. Time flies, people change. Berlaku baginya mungkin, dan sepertinya tak sedemikian benar buatku.

Aku teringat sebuah kelakar, lalu melemparkannya sebagai bahan obrolan, hal yang, bahkan dia sudah tak begitu mengingatnya.

"Mungkin aku akan menikah." Dia menegakkan kepala dan punggungnya.

Aku terdongak, menahan punggung dan perutku yang teraduk. Menatapnya lurus-lurus, menunggu kalimat selanjutnya.

"Aku ingat kamu mengucapkan selamat ulang tahun. Pesan yang terlalu panjang. Aku pikir, kamu sedang membuat surat yang tidak seorang pun mampu menangkap bahwa itu sebenarnya surat cinta. Sebuah kode."

 "Oh, hai Nda! Kelamaan! Kami sudah pesan duluan."

"Ya nggak apa-apa."

Nda, yang sering menari breakdance itu sekarang lebih tirus. Dengan badan sebagus itu tentu mustahil dia menerima rundung lagi. Dia berdiri menyalami dan mereka saling menyentuhkan pipi, kiri-kanan. Aku cukup terkejut. Sedekat itu, sekarang? Sejak kapan hal semacam ini bermula, hal yang ingin aku ketahui juga. Seingatku, dia selalu bisa menahan diri dari interaksi berlebihan terhadap wanita, bahkan jika itu kawan karibnya sendiri.

Adi menyerobot masuk dan langsung duduk, tepat berseberangan denganku. Sebuah gelas dan sepiring kentang goreng di tangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun