Meskipun sudah lima kali ke Bali?
Kamu kesemutan, nggak?
Meskipun iya, aku takkan mengaku.
Yang itu apa sih, Nok? Orang jejeran?
Meskipun bukan, kau mungkin tak percaya.
*
Di seberang jalan tol pohon berjajar, rimbun. Aku menatapnya yang sedang memandang melalui kaca jendela mobil baru miliknya. Pandang mata tak-kuasa-menolak-takdir dia jerumuskan bersama rintik hujan sore itu. Kaki dinginnya masih dalam pangkuanku. Seorang saudara ipar menyetir untuk kami. Dalam perjalanan itu aku memeroleh sesuatu: dalam kesedihan yang setengah kalut, bahkan penglihatan pun bisa saling menipu.
Aku mungkin akan mengalami peristiwa seperti ini, menghadapi perayaan yang lain dalam haru yang sama, mengenang-ngenang yang pernah terlewati. Aku berharap segera bangun dari ketidaknyataan ini.
Bagaimana pun juga, aku menyayangimu.
Keabadian itu dekat. Gerbangnya bernama kematian.Â
Dari kejauhan kudengar lengking peluit panjang. Kereta segera berangkat.***[wy]