Latar waktu dalam novel Negeri 5 Menara adalah sore hari, malam hari, dini hari dan pagi hari.
5. Judul
Menurut Sayuti (2017: 168) judul suatu karya bertalian erat dengan elemen-elemen yang membangun fiksi dari dalam. Dalam kaitan ini, mungkin sekali judul mengacu pada tema, mengacu pada latar, mengacu pada konflik, mengacu pada tokoh, mengacu pada simbol cerita, mengacu pada atmosfer, mengacu pada akhir cerita, dan sebagainya.
Pada novel Negeri 5 Menara judul mengacu pada tokoh dan akhir cerita. Dengan enam tokoh utama yakni Alif, Raja, Said, Dulmajid, Atang dan Baso. Siang itu dibawah menara, mereka berimajinasi, melihat arak-arakan awan dan membentuk berbagai negara. Alif, ia melihat awan itu membentuk benua Amerika, Baso melihat awan itu berbentuk Eropa, sementara atang melihat awan tersebut membentuk asia, sedangkan Said dan Dulmajid melihat awan itu berbentuk negara Indonesia. Kemudian mimpi mereka membentuk suatu judul yaitu 'Negeri 5 Menara' karena 5 negara di empat benua itu memiliki masing-masing menara. Sehingga novel ini berjudul 'Negeri 5 Menara'.
6. Sudut Pandang
Menurut Sayuti (2017: 178) sudut pandang dibagi menjadi dua yaitu, sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Pada novel Negeri 5 Menara sudut pandang yang digunakan oleh pengarang adalah sudut pandang orang pertama. Novel Negeri 5 Menara pada bagian pertama pengarang terlibat secara langsung dalam cerita. Hal ini terlihat pada novel tersebut menggunakan kata 'Aku' dalam setiap alur cerita.
Hal ini sesuai dengan kutipan dibawah ini:
 Washington DC, Desember 2003, jam 16.00
Iseng saja, aku mendekat ke jendela kaca dan menyentuh permukaannya dengan ujung telunjuk kananku. Hawa dingin segera menjalari wajah dan lengan kananku...
7. Gaya Bahasa
Gaya merupakan cara pengungkapan seorang yang khas bagi seorang pengarang. Gaya seorang pengarang tidak akan sama bisa dibandingkan dengan gaya pengarang lainnya karena pengarang tertentu selalu menyajikan hal-hal yang berhubungan erat dengan selera pribadinya dan kepekaannya terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya (Sayuti, 2017: 189).
Gaya bahasa merupakan bentuk retorika yakni penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk mempengaruhi pembaca dan pendengar (Tarigan dalam Al-Ma'ruf, 2009: 15). Dalam novel  Negeri 5 Menara terdapat gaya bahasa kiasan yakni hiperbola, simile, metafora, dan personifikasi. Bahasa kiasan yang pertama adalah hiperbola. Hiperbola adalah gaya bahasa yang melebih-lebihkan suatu kenyataan dengan tujuan memberikan kesan yang mendalam pada suatu karya sastra. Penggunaan hiperbola dalam novel Negeri 5 Menara terlihat pada kutipan dibawah ini:
... Tapi aku selalu terpesona melihat bangunan, pohon, taman dan kota diselimuti salju putih berkilat-kilat. (N5M: 2)
Persamaan atau simile yaitu perbandingan yang bersifat eksplisit atau secara langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain dengan penggunaan kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana dan sebagainya (Keraf, 2009: 138). Persamaan atau simile dapat dilihat pada kutipan dibawah ini: