Mohon tunggu...
Weni Indriyani
Weni Indriyani Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar/ Mahasiswa

Artikel | Resensi Film | Resensi Novel | Cerita Fiksi | Liburan #belajarbareng

Selanjutnya

Tutup

Book

Unsur Instrinsik pada Novel "Negeri 5 Menara" Karya A. Fuadi

14 November 2022   08:43 Diperbarui: 1 Oktober 2024   12:08 6241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Unsur Instrinsik Novel "Negeri 5 Menara" Karya A. Fuadi

 

A. Identitas Karya

Judul               : Negeri 5 Menara

Penulis           : A. Fuadi

Genre              : Fiksi

Halaman        : 423 halaman

Penerbit         : PT Gramedia Pustaka Utama

Alamat            : Jl. Palmerah Barat 29-37 Jakarta 10270

Tahun              : Cetakan pertama Juli 2009

ISBN                 : 978-979-22-4861-6

B. Menganalisis struktur novel Negeri 5 Menara karya A. Fuadi

1. Tema

Menurut Sayuti (2017: 201) tema lebih merupakan sebagai sejenis komentar terhadap subjek atau pokok masalah, baik secara eksplisit maupun implisit. Dengan demikian, didalam tema terkandung sikap pengarang terhadap subjek atau pokok cerita. Novel Negeri 5 Menara bertemakan Pendidikan.

2. Amanat

Menurut Nurgiyantoro (2010: 335) secara umum membedakan bentuk penyampaian amanat menjadi dua, yakni penyampaian pesan yang bersifat langsung dan tidak langsung. Bentuk penyampaian yang bersifat langsung boleh dikatakan identik dengan cara pelukisan watak tokoh yang bersifat uraian (telling) atau penjelasan (expository). Secara tidak langsung jika tersirat dan koherensif dengan unsur-unsur cerita yang lain.

Amanat pada cerita novel Negeri 5 Menara adalah bahwasannya kita harus berani bermimpi tinggi dan berusaha untuk menggapai cita-cita. Amanat pada novel juga dismapaikan secara langsung melalui dialog Kiai Rais. Hal ini terlihat pada kutipan dibawah ini:

Tahukah kalian birul walidain? Artinya berbakti kepada orang tua. Mereka adalah tempat pengabdian penting kalian di dunia. Jangan pernah menyebutkan kata kasar dan menyebabkan mereka berduka. Selama mereka tidak membawa kepada kekafiran, wajib bagi kalian untuk patuh. (N5M: 141)

Baca juga : Unsur Intrinsik Novel "Hafalan Shalat Delisa" Karya Tere Liye

3. Tokoh dan Penokohan

Tokoh yaitu pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi. Penokohan memungkinkan adanya pemberian sifat, sikap dan tingkah laku yang mempengaruhi jalannya cerita (Zulfahnur, 1997: 35). Ditinjau dari segi keterlibatannya dalam keseluruhan cerita, tokoh fiksi dibedakan menjadi dua, yakni tokoh sentral atau tokoh utama dan tokoh periferal atau tokoh tambahan (Sayuti, 2017: 106).

Tokoh utama pada novel Negeri 5 Menara diantaranya Alif, Raja, Said, Dulmajid, Atang, dan Baso. Keenam tokoh tersebut merupakan tokoh utama dalam novel Negeri 5 Menara karena keenam tokoh tersebut mengambil bagian terbesar dalam peristiwa dalam cerita. Selain itu, keenam tokoh utama terlibat dengan makna dan tema dari cerita novel Negeri 5 Menara. Keterlibatan keenam tokoh Alif, Raja, Said, Dulmajid, Atang, dan Baso lebih mendominasi di setiap alur cerita hingga akhir cerita. Oleh karena itu, tokoh Alif, Raja, Said, Dulmajid, Atang, dan Baso dapat dinyatakan sebagai tokoh utama.

4. Latar

Menurut Sayuti (2017: 150) latar terbagi menajdi tiga yakni, latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat adalah hal yang berkaitan dengan masalah geografis, latar waktu adalah berkaitan dengan masalah historis, dan latar sosial berkaitan dengan kehidupan kemasyarakatan.

1) Latar Tempat

Latar tempat adalah hal yang berkaitan dengan masalah geografis. Novel Negeri 5 Menara terdapat beberapa latar tempat yang digambarkan penulis yaitu rumah Alif di desa Maninjau, Danau Maninjau, Pondok Pesantren Modern Gontor , Washington DC, dan lain-lain. Latar tempat Rumah Alif  tempat dimana Alif dan keluarganya tinggal yaitu di desa Maninjau.

2) Latar Waktu

latar waktu adalah berkaitan dengan masalah historis. Menurut Sayuti (2017: 151) latar waktu mengacu pada saat terjadinya peristiwa, dalam plot, secara historis. Melalui pemberian waktu kejadian yang jelas, akan tergambar tujuan fiksi tersebut secara jelas pula. Rangkaian peristiwa tidak mungkin terjadi jika dilepaskan dan perjalanan waktu, yang dapat berupa jam, hari, tanggal, bulan, tahun, bahkan zaman tertentu yang melatarbelakanginya.

Latar waktu dalam novel Negeri 5 Menara adalah sore hari, malam hari, dini hari dan pagi hari.

5. Judul

Menurut Sayuti (2017: 168) judul suatu karya bertalian erat dengan elemen-elemen yang membangun fiksi dari dalam. Dalam kaitan ini, mungkin sekali judul mengacu pada tema, mengacu pada latar, mengacu pada konflik, mengacu pada tokoh, mengacu pada simbol cerita, mengacu pada atmosfer, mengacu pada akhir cerita, dan sebagainya.

Pada novel Negeri 5 Menara judul mengacu pada tokoh dan akhir cerita. Dengan enam tokoh utama yakni Alif, Raja, Said, Dulmajid, Atang dan Baso. Siang itu dibawah menara, mereka berimajinasi, melihat arak-arakan awan dan membentuk berbagai negara. Alif, ia melihat awan itu membentuk benua Amerika, Baso melihat awan itu berbentuk Eropa, sementara atang melihat awan tersebut membentuk asia, sedangkan Said dan Dulmajid melihat awan itu berbentuk negara Indonesia. Kemudian mimpi mereka membentuk suatu judul yaitu 'Negeri 5 Menara' karena 5 negara di empat benua itu memiliki masing-masing menara. Sehingga novel ini berjudul 'Negeri 5 Menara'.

6. Sudut Pandang

Menurut Sayuti (2017: 178) sudut pandang dibagi menjadi dua yaitu, sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Pada novel Negeri 5 Menara sudut pandang yang digunakan oleh pengarang adalah sudut pandang orang pertama. Novel Negeri 5 Menara pada bagian pertama pengarang terlibat secara langsung dalam cerita. Hal ini terlihat pada novel tersebut menggunakan kata 'Aku' dalam setiap alur cerita.

Hal ini sesuai dengan kutipan dibawah ini:

 Washington DC, Desember 2003, jam 16.00

Iseng saja, aku mendekat ke jendela kaca dan menyentuh permukaannya dengan ujung telunjuk kananku. Hawa dingin segera menjalari wajah dan lengan kananku...

Baca juga : Resensi Novel "Guru Aini" Karya Andrea Hirata

7. Gaya Bahasa

Gaya merupakan cara pengungkapan seorang yang khas bagi seorang pengarang. Gaya seorang pengarang tidak akan sama bisa dibandingkan dengan gaya pengarang lainnya karena pengarang tertentu selalu menyajikan hal-hal yang berhubungan erat dengan selera pribadinya dan kepekaannya terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya (Sayuti, 2017: 189).

Gaya bahasa merupakan bentuk retorika yakni penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk mempengaruhi pembaca dan pendengar (Tarigan dalam Al-Ma'ruf, 2009: 15). Dalam novel  Negeri 5 Menara terdapat gaya bahasa kiasan yakni hiperbola, simile, metafora, dan personifikasi. Bahasa kiasan yang pertama adalah hiperbola. Hiperbola adalah gaya bahasa yang melebih-lebihkan suatu kenyataan dengan tujuan memberikan kesan yang mendalam pada suatu karya sastra. Penggunaan hiperbola dalam novel Negeri 5 Menara terlihat pada kutipan dibawah ini:

... Tapi aku selalu terpesona melihat bangunan, pohon, taman dan kota diselimuti salju putih berkilat-kilat. (N5M: 2)

Persamaan atau simile yaitu perbandingan yang bersifat eksplisit atau secara langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain dengan penggunaan kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana dan sebagainya (Keraf, 2009: 138). Persamaan atau simile dapat dilihat pada kutipan dibawah ini:

Bagai paus raksasa, kekenyangan, begitu sampai dermaga Merak... (N5M: 23)

Berikutnya metafora. Menurut Keraf (2009: 139) metafor adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat dan tidak menggunakan kata-kata: seperti, bak, bagai, bagaikan dan sebaginya. Penggunaan metafora terdapat dalam novel Negeri 5 Menara, dapat dilihat pada kutipan berikut:

Kalau sudah begini, Said yang juara ngantuk di kelas kami menjelma menjadi seperti seekor singa yang siaga dan siap menerkam. (N5M: 106)

Baca juga : Resensi Film "Surat Kecil Untuk Tuhan"

Adapun gaya bahasa kiasan personifikasi. Personifikasi adalah gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda mati atau barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Penggunaan personifikasi dalam novel Negeri 5 Menara terlihat dalam kutipan dibawah ini:

Sore ini jadwal terkahir kami latihan sebelum final. Walau guruh sekali-seklai menggeram dan hujan turun, kami tetap berlatih penuh semangat di lapangan becek. Sebagai tim kuda hitam, kami tidak punya beban dan berlatih dengan rileks.

Daftar Pustaka

A. Fuadi. 2009. Negeri 5 Menara. Gramedia Pustaka Utama

Sayuti. 2017. Berkenalan Dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Cantrik Pustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun