Mohon tunggu...
Weedy Koshino
Weedy Koshino Mohon Tunggu... Lainnya - Weedy Koshino

Konnichiwa! Ibu 2 anak yang hidup di Jepang. Ingin membagi pengalaman selama hidup di Jepang. Penulis Buku Unbelievable Japan 1,2,3 dan Amazing Japan. Yoroshiku Onegaishimasu.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Kisah Pilu Ketika Jepang di Goyang Gempa 6 Tahun yang Lalu

13 Maret 2017   12:10 Diperbarui: 14 Maret 2017   00:02 1450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untungnya listrik tidak padam. Karena saya masih inget TV saya besarkan suaranya karena ingin tahu berita terbaru tentang kejadian barusan. 

Lemas badan saya ketika melihat berita di wilayah Jepang timur, keadaan sudah porak poranda karena setelah gempa hebat yang barusan saya rasakan, ternyata di

sana  sudah banyak bangunan yang hancur lebur. Gempa berkekuatan 9 SR itu membuat gelombang laut setinggi 9 meter!! TSUNAMI!!!

Sambil memeluk anak-anak saya kami melihat berita dimana saudara-saudara kami khususnya di Miyagi, Iwate dan Fukushima yang paling banyak terkena bencana ini. Ya allah makin deras tangis saya melihat rumah-rumah yang terseret tsunami yang mungkin saja didalamnya masih banyak orang-orang yang ada di dalamnya. Ketiga kota itu sudah sangat parah kerusakaannya dan terlihat seperti kota yang tidak bernyawa karena banyak bangunan dan manusia terseret oleh tsunami. 

Kembali saya ingat dengan suami saya. Bagaimana ya keadaannya. Anak-anak saya beri makan mie rebus dengan menggunakan kompor gas portable yang biasa untuk nabe/kemah. Syukurlah saya selalu menyimpan tabung gas sebagai cadangan. 

Saat itu terasa sekali suasana malam begitu hening. Anak-anak sudah tertidur dengan kaki yang dijulurkan ke dalam kotatsu, meja penghangat. Sama sekali saya tidak terserang rasa ngantuk walau jarum jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Ya, saya harus menunggu suami pulang.

Ketika jarum jam menunjukkan pukul 1 dini hari, terdengar pintu rumah terbuka, dan suara suami mencari saya. 

Ya Allah terima kasih satu lagi doa saya terkabul, suami pulang dengan selamat. 

Buru-buru saya peluk pinggangnya, bingung mau bicara apa hanya menitikkan airmata. 

Kowakatta desyou, gomen ne, kata suami saya. Saya bingung, kok dia minta maaf, untuk apa?

Kami pun duduk dengan tenang dan saling bercerita tentang gempa hebat yang baru saja terjadi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun