Nabi Muhammad SAW adalah contoh sempurna seorang pedagang, pebisnis, dan pemasar ulung yang telah menunjukkan jiwa kewirausahaan sejak usia muda. Dalam perjalanan karirnya sebagai seorang pedagang, beliau dikenal karena kejujuran, integritas, dan keadilan, profesionalisme dalam berbisnis. Beliau tidak hanya mencari keuntungan semata, tetapi juga menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan moral dalam setiap transaksi.
Kemampuan beliau dalam bernegosiasi, membangun hubungan baik dengan pelanggan, dan memahami pasar menjadikannya seorang pedagang yang sukses dan dihormati. Jiwa Marketing Nabi Muhammad SAW tidak hanya tercermin dalam kegiatan berdagang, tetapi juga dalam kepemimpinan dan perjuangan beliau dalam menyebarkan agama Islam. Beliau adalah contoh inspiratif bagi para pengusaha muslim untuk selalu menjunjung tinggi nilai-nilai agama dalam berbisnis.
Realitas Masalah Marketing Saat Ini
Beberapa pedagang dan pemasar saat ini terkadang menunjukkan perilaku negatif yang merugikan konsumen dan citra bisnis. Perilaku negatif ini termasuk praktik penipuan seperti memberikan informasi yang salah atau menyesatkan tentang produk atau layanan, menaikkan harga secara tidak wajar (harga yang tidak masuk akal), atau menjual produk palsu atau bajakan.
Selain itu, beberapa pedagang dan pemasar juga menggunakan taktik marketing yang agresif dan mengganggu seperti spam, promosi yang berlebihan, atau menekan konsumen untuk membeli. Perilaku negatif ini tidak hanya merugikan konsumen secara finansial dan emosional, tetapi juga dapat merusak reputasi bisnis dan mengurangi kepercayaan konsumen.
Marketing adalah tentang menghasilkan uang. Paradigma ini menyebabkan pemasar hanya memikirkan hasil akhir dalam bentuk materi dan gagal menyadari pentingnya etika dalam bisnis. Mereka saling menyerang, saling menjilati, menginjak kaki satu sama lain, dan bahkan berbohong seolah-olah hal itu disepakati sebagai kewajaran dari strategi berbisnis.
Komunikasi dalam pemasaran melebih-lebihkan produk hingga tidak mencerminkan kondisi produk yang sebenarnya. Menyesatkan konsumen adalah contoh yang umum. Perubahan marketing  tradisional ke marketing "baru" semakin mengikis nilai-nilai etika dalam bisnis.
Dalam dunia bisnis, banyak sekali cerita perusahaan yang tidak memegang teguh nilai-nilai etika, tidak hanya gagal mencapai tujuannya, tetapi juga terpuruk dalam perjalanannya. Di tingkat internasional, Enron, WorldCom, dan Global Crossing sudah cukup untuk menyebutkannya.
Marketing
Marketing adalah suatu konsep bisnis yang diciptakan untuk meningkatkan penjualan bahkan keuntungan bagi perusahaan maupun individu. Dari  konsep sederhana yang biasa disebut marketing tradisional hingga konsep saat ini yang disebut marketing modern. Marketing modern terus berkembang seiring perkembangan zaman.
Persaingan yang semakin ketat membuat penjualan produk dan layanan menjadi semakin sulit. Di sisi lain, peningkatan jumlah pesaing dalam bidang usaha yang sama dapat mendorong para praktisi dan akademisi yang berkecimpung secara langsung maupun tidak langsung dalam dunia marketing untuk menggunakan metode yang diharapkan dapat mendukung konsep marketing yang mereka gunakan. Sehingga tugas utama mereka, yaitu penjualan dapat tercapai. .
Namun apa yang terjadi jika hasil yang diharapkan tidak tercapai? Meskipun banyak konsep marketing telah digunakan. Ketika menghadapi situasi seperti di atas, kebanyakan orang tidak menyerah, mereka terus mencari berbagai cara dan akhirnya menemukan solusi atas masalah tersebut. Beberapa orang menyerah dan pindah ke daerah lain. Namun, banyak orang memilih mengambil "jalan pintas" untuk mencapai tujuan mereka, menerobos etika dunia bisnis.
Marketing Ideal Nabi SAW
Etika adalah aturan sosial yang tersirat, tetapi secara tidak langsung disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh komunitas dalam konteks sosial. Melanggar etika ini akan mengakibatkan hukuman sosial seperti dikucilkan atau diabaikan. Skenario terburuknya adalah dimasukkan dalam daftar hitam masyarakat. Hal ini berbeda dengan undang-undang pemerintah, yang memberikan sanksi hukum yang jelas atas pelanggaran.
Etika bervariasi dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya. Hal yang sama berlaku untuk profesi dan bidang kegiatan, termasuk ekonomi. Etika dalam bisnis secara keseluruhan memiliki dua hal utama: tidak melakukan penipuan atau kecurangan, dan tidak melanggar nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat tempat bisnis itu beroperasi. Menariknya, etika bisnis paling sering dilanggar oleh pemasar yang "buruk". Mereka berbuat curang karena mengharapkan hasil yang cepat atau ingin menghindari risiko yang besar.
Kejujuran
Secara logika, setiap bisnis ingin memiliki pelanggan setia. Hal ini karena pelanggan yang loyal akan terus  menggunakan jasa atau produk perusahaan, yang dengan sendirinya mendatangkan keuntungan materi bagi mereka. Kesetiaan datang melalui kepercayaan. Kepercayaan datang dari hubungan baik yang berdasarkan rasa saling percaya.
Kepercayaan bersama timbul apabila kedua belah pihak, dalam hal ini perusahaan atau penjual dan pelanggan atau pembeli, memiliki kejujuran yang sama. Jika Anda tidak jujur, bagaimana kita bisa mengharapkan loyalitas pelanggan? dan ingat: kejujuran tidak hanya berlaku bagi konsumen, tetapi juga bagi pedagang, investor, dan komunitas serta masyarakat.
Hanya ada satu orang yang jujur dan dapat dipercaya (al-Amin) di dunia. Bukan suatu kebetulan jika orang tersebut adalah seorang pengusaha pada saat itu. Nabi Muhammad (SAW) telah berbisnis dari sebelum mencapai kenabiannya.
Ikhlas
Ikhlas berarti mampu menghargai kemampuan diri sendiri jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan orang lain, seperti saudara atau pesaing. Sikap ini memungkinkan individu atau  perusahaan menilai kemampuan mereka sebelum mengambil tindakan, sehingga melindungi mereka dari memberikan janji berlebihan dan kurang memberikan hasil.
Ikhlas dengan konsep ketulusan membentuk kepribadian pemasar dan perusahaan sedemikian rupa sehingga hal-hal materi tidak lagi dilihat sebagai tujuan utama. Bersikap lebih terbuka terhadap segala macam keuntungan, baik yang bersifat material maupun non-material, meskipin ada juga kemungkinan kegagalan.
Sekalipun kita tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan di suatu bidang atau potensi  perusahaan tidak cukup untuk menguasai segmen pasar, kita akan tetap tulus dan tidak membebani diri kita dengan usaha yang terlalu keras. Ikhlas membawa keseimbangan dalam hidup kita. Banyak yang menawarkan kesempatan untuk menjadi kaya, tetapi sangat sedikit yang memberitahu cara apa yang harus dilakukan setelah kaya.
Profesionalisme
Profesionalisme dan sifat jujur dan tulus adalah dua aspek yang saling menyeimbangkan. Nabi SAW mencontohkan, seorang profesional selalu memiliki sikap memberikan yang terbaik ketika menyelesaikan tugas atau memecahkan masalah. Kita bukanlah seorang pengecut yang mudah menyerah atau menghindari risiko.
Rasulullah menekankan pentingnya perilaku profesional di tempat kerja. Menempatkan orang yang tepat pada tempat yang tepat adalah inti dari sikap profesional. Sikap ini mencegah orang menjadi malas, asal kerja, dan sekadar menerima segala sesuatu tanpa berusaha mencari jalan keluar yang lebih baik.
Nabi SAW pernah memperingatkan jika memberi seseorang pekerjaan yang tidak mereka kuasai, bersiaplah menghadapi bencana. Tidak kompeten dalam bidang atau pekerjaan tertentu hanya akan memperburuk keadaan. Para profesional selalu berhati-hati dalam apa pun yang mereka lakukan karena mereka yakin bahwa hari esok akan lebih baik dari hari ini.
Silaturahmi
Silaturahmi memungkinkan kita membuat jaringan tanpa batas. Silaturahmi memiliki makna dan pemahaman yang jauh lebih dalam dari sekedar hubungan bisnis. Silaturahmi adalah sikap membangun hubungan dengan orang lain yang dilandasi oleh kejujuran, ketulusan dan profesionalitas.
Silaturahmi merupakan landasan bisnis Nabi SAW dalam membangun hubungan baik tidak hanya dengan nasabah dan investor, namun juga dengan calon pelanggan sebagai pasar masa depan bahkan kompetitor sekalipun.
Murah Hati
Nabi SAW bukanlah seorang pengusaha yang berorientasi pada keuntungan semata, tetapi juga berfokus pada membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggannya. Hubungan jangka panjang yang dilandasi rasa saling menghormati dan percaya memungkinkan Nabi SAW benar-benar menghasilkan lebih banyak keuntungan daripada pengusaha lain di masanya.
Murah hati dalam berbisnis merupakan konsep yang diterapkan oleh Nabi SAW dalam menjalankan aktivitas bisnisnya sehari-hari. Hubungan persahabatan yang didasarkan pada kemurahan hati yang jujur, tulus dan profesional akan menciptakan kepercayaan. Bila ada kepercayaan, kesetiaan akan muncul dengan sendirinya.
iwa Marketing, seperti yang dipraktikkan Nabi SAW, adalah langkah yang menitikberatkan pada seseorang yang akan melaksanakan strategi pemasaran. Jiwa Marketing bukanlah solusi praktis yang berhasil tanpa proses. Ketika jiwa marketing menjadi dasar pola pikir seorang pemasar, jiwa tersebut menjadi dasar dari apa yang dilakukan perusahaan dan menjadi pusat pelaksanaan strategi pemasaran apa pun yang diterapkan.
Jiwa Marketing tidak menggantikan semua unsur teori pemasaran, tetapi keberadaannya merupakan pelengkap penting bagi aktivitas pemasaran dan pada akhirnya menciptakan loyalitas pelanggan yang berlandaskan pada kepercayaan keduanya yang saling menguntungkan.
Referensi : Marketing Muhammad, Thorik Gunara dan Utus Hardiono Sudibyo, 2007
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI