Mohon tunggu...
Wawan Ridwan AS
Wawan Ridwan AS Mohon Tunggu... Guru - Guru dari Cikancung

Konsep, Sikap, Action menuju Good Respect.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Bisnis Syariah : Belajar Marketing dari Nabi Muhammad SAW

30 Januari 2025   19:21 Diperbarui: 30 Januari 2025   19:21 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transaksi Jual Beli (Wawan Ridwan AS/AI)

Persaingan yang semakin ketat membuat penjualan produk dan layanan menjadi semakin sulit. Di sisi lain, peningkatan jumlah pesaing dalam bidang usaha yang sama dapat mendorong para praktisi dan akademisi yang berkecimpung secara langsung maupun tidak langsung dalam dunia marketing untuk menggunakan metode yang diharapkan dapat mendukung konsep marketing yang mereka gunakan. Sehingga tugas utama mereka, yaitu penjualan dapat tercapai. .

Namun apa yang terjadi jika hasil yang diharapkan tidak tercapai? Meskipun banyak konsep marketing telah digunakan. Ketika menghadapi situasi seperti di atas, kebanyakan orang tidak menyerah, mereka terus mencari berbagai cara dan akhirnya menemukan solusi atas masalah tersebut. Beberapa orang menyerah dan pindah ke daerah lain. Namun, banyak orang memilih mengambil "jalan pintas" untuk mencapai tujuan mereka, menerobos etika dunia bisnis.

Marketing Ideal Nabi SAW

Etika adalah aturan sosial yang tersirat, tetapi secara tidak langsung disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh komunitas dalam konteks sosial. Melanggar etika ini akan mengakibatkan hukuman sosial seperti dikucilkan atau diabaikan. Skenario terburuknya adalah dimasukkan dalam daftar hitam masyarakat. Hal ini berbeda dengan undang-undang pemerintah, yang memberikan sanksi hukum yang jelas atas pelanggaran.

Etika bervariasi dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya. Hal yang sama berlaku untuk profesi dan bidang kegiatan, termasuk ekonomi. Etika dalam bisnis secara keseluruhan memiliki dua hal utama: tidak melakukan penipuan atau kecurangan, dan tidak melanggar nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat tempat bisnis itu beroperasi. Menariknya, etika bisnis paling sering dilanggar oleh pemasar yang "buruk". Mereka berbuat curang karena mengharapkan hasil yang cepat atau ingin menghindari risiko yang besar.

Kejujuran

Secara logika, setiap bisnis ingin memiliki pelanggan setia. Hal ini karena pelanggan yang loyal akan terus  menggunakan jasa atau produk perusahaan, yang dengan sendirinya mendatangkan keuntungan materi bagi mereka. Kesetiaan datang melalui kepercayaan. Kepercayaan datang dari hubungan baik yang berdasarkan rasa saling percaya.

Kepercayaan bersama timbul apabila kedua belah pihak, dalam hal ini perusahaan atau penjual dan pelanggan atau pembeli, memiliki kejujuran yang sama. Jika Anda tidak jujur, bagaimana kita bisa mengharapkan loyalitas pelanggan? dan ingat: kejujuran tidak hanya berlaku bagi konsumen, tetapi juga bagi pedagang, investor, dan komunitas serta masyarakat.

Hanya ada satu orang yang jujur dan dapat dipercaya (al-Amin) di dunia. Bukan suatu kebetulan jika orang tersebut adalah seorang pengusaha pada saat itu. Nabi Muhammad (SAW) telah berbisnis dari sebelum mencapai kenabiannya.

Ikhlas

Ikhlas berarti mampu menghargai kemampuan diri sendiri jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan orang lain, seperti saudara atau pesaing. Sikap ini memungkinkan individu atau  perusahaan menilai kemampuan mereka sebelum mengambil tindakan, sehingga melindungi mereka dari memberikan janji berlebihan dan kurang memberikan hasil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun