Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sayap-sayap Patah

25 November 2019   16:20 Diperbarui: 26 November 2019   08:55 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah dengan terus menutupi perbuatan bejat pak Tua dan orang-orang yang selama ini melecehkanmu. Engkau merasa terhormat di mata orang-orang yang ada di sekelilingmu?

Tidak! 

Di mata para lelaki hidung belang yang sudah pernah 'mencicipi' kehangatan tubuhmu, engkau hanyalah seorang pelacur, pelacur yang kapanpun mereka mau, mereka bisa mendapatkan kehangatan darimu di mana saja. Di dalam Mobil, di hotel, di kamar mandi, di tempat kerja bahkan di dalam rumahmu sendiri.

Mas yakin. Masih banyak perempuan lain di luar sana, yang juga mengalami dan menerima perlakuan tidak menyenangkan dari orang-orang yang seharusnya menjaganya itu. Dan sama sepertimu. Rasa takut dan malu, seringkali membuat para korban pelecehan seksual itu enggan untuk bercerita dan membongkar aib serta kebobrokan orang-orang yang sudah sekian lamanya melecehkannya dirinya itu. Kebanyakan mereka kuatir akan di jadikan tersangka oleh para pelaku. 

Di akhir zaman, di mana uang adalah segalanya bagi para penyembah harta. Para penyembah berhala memang selalu berhasil memutar balikan fakta. Dimana uang dan kekuasaan yang mereka miliki bisa membuat hukum buatan manusia ini berpihak kepada mereka. Dengan uang dan kekuasaan yang mereka miliki, seringkali mereka  bisa membuat yang salah menjadi benar dan yang benar menjadi salah. Sesuai keinginan mereka. 

Sampai kapan engkau akan membiarkan dirimu itu berada di posisi orang-orang teraniaya? Sampai kapan engkau biarkan dirimu itu terus-terusan menjadi korban kemunafikan mereka? 

Jika malu adalah salah satu alasanmu untuk mendiamkan perbuatan mereka. Apakah dengan mendiamkan perbuatan mereka terhadapmu, engkau masih merasa mempunyai rasa malu?

Apakah dengan mendiamkan perbuatan orang-orang yang selama ini sudah melecehkan harga dirimu, engkau merasa jauh lebih baik dari pada membongkar kebobrokan mereka? 

Mungkin dengan membiarkan dan menutupi perbuatan bejat pak Tua itu tidak di ketahui oleh orang lain, bisa membuat harga diri dan juga keluarga besarmu itu tetap terjaga. Tapi apakah engkau tidak merasa bersalah pada dirimu sendiri?  Di depan orang lain, engkau bisa terus pura-pura tertawa di dalam tangis derita. Di depan wanita baik-baik engkau bisa tetap berpura-pura menjadi wanita baik-baik seperti mereka. Tapi pernahkah engkau bertanya pada hati kecilmu? Apakah betul engkau bahagia dengan semua sandiwaramu itu? 

Apakah Mas ini terlihat begitu bodoh di matamu? Sehingga engkau bisa bebas mengarang cerita sesuka hatimu, dengan mengatakan bahwa semua yang terjadi berulang kali itu karena terpaksa?"

"Tidak!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun