Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sayap-sayap Patah

25 November 2019   16:20 Diperbarui: 26 November 2019   08:55 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

****

"Mas! Tolong jelaskan apa salahku! Kenapa Mas tiba-tiba saja berubah? Kenapa Mas mengusirku dan ingin pergi dari kehidupanku?"

"Selain Kiss, dengan pak Tua itu, dulu pernah 'berbuat' apa lagi dengannya?"

"Dia pernah meminta 'servis', saat mengantarkan aku pulang dari kegiatan di luar kota. Tapi aku dan dia tidak sempat melakukan hubungan badan. Saat itu aku sedang 'Datang Bulan'. Dia hanya memintaku untuk melakukan Seks oral dengannya di dalam Mobil, di pinggir jalan, sesaat sebelum sampai ke rumahku,"

"Apa yang engkau pikirkan? Sehingga waktu itu engkau bersedia menuruti 'keinginan' nya? Apa yang akan kalian jelaskan, seandainya pada saat itu ada orang yang melihat 'perbuatan' kalian?

Pak Tua itu adalah orang yang terkenal alim dan terpandang di lingkungan tempat tinggalnya, status medsos-nya selalu menunjukan bahwa dia adalah orang yang paling mengerti tentang agama. 

Apa yang akan kalian katakan pada orang-orang yang selama ini telah menjadikan kalian berdua sebagai panutan bagi mereka? Bagaimana cara kalian menjelaskan, seandainya mereka tahu perbuatan bejat kalian berdua saat di belakang mereka?

Mungkin mereka tidak akan melihat kalian berdua sebagai dua insan yang sedang di mabuk cinta dan saling mencintai antara satu dengan yang lainnya. Tapi pandangan mereka akan langsung tertuju pada 'Simbol-simbol Agama'. Simbol yang selama ini sudah terlanjur melekat pada diri kalian berdua, simbol yang di harapkan bisa menjadi panutan untuk memberikan contoh sikap secara lahiriah dan batiniah dalam segi islam sehari-hari bagi mereka. 

Apa yang saat itu ada di dalam benak kalian berdua?

Jika memang selama ini kalian berdua masih belum siap untuk menjadi panutan dan belum puas untuk melampiaskan nafsu seperti masyarakat biasa, kenapa tidak kalian buka dan buang saja simbol-simbol agama yang selama ini sudah terlanjur melekat dan kalian kenakan untuk menutupi wajah-wajah asli kalian berdua?"

"Aku tidak tahu. Saat itu semua terjadi begitu saja. Dan tanpa ada rencana sebelumnya. Saat itu, di dalam Mobil, seperti biasa aku bercerita tentang kehidupanku yang tidak pernah merasa bahagia dengan pasangan hidupku. Dan entah kenapa, tiba-tiba 'rasa' itu bisa muncul begitu saja.

Aku ingat. Awalnya aku sempat menepis tangan kirinya. Saat tangan kiri-nya itu mulai 'nakal'. Waktu itu, sambil membawa mobil, tangan kiri pak Tua terus mencari celah untuk bisa meraba--raba 'wilayah' pribadiku. Hingga setelah sampai di jalanan sepi dan merasa aman, pak Tua itu segera memarkirkan kendaraan roda empatnya.

"Sebentar saja," katanya terengah-engah, sambil terus berusaha menciumiku penuh nafsu. 

Saat itu aku semakin terpojok dan tidak kuasa untuk mencegahnya. Aku berusaha menolaknya, dengan mengatakan bahwa aku sedang 'Datang Bulan'. Tapi dia terus memaksa. Hingga, dengan sedikit terpaksa, akhirnya aku turuti 'permintaannya'. 

Tapi jujur saja aku tidak pernah mencintainya. Sebab yang aku lakukan saat itu karena terpaksa!"

"Kalau memang engkau tidak mencintainya, kenapa engkau mau melakukan 'itu' dengannya?

Dan jika memang saat itu engkau di paksa, kenapa tidak berontak? Teriak atau berbuat sesuatu yang bisa membuatmu terhindar dari pelecehan seksual di dalam Mobil-nya?

Dan setelah kejadian itu, kenapa engkau tidak melaporkannya ke Polisi atau menceritakannya pada kedua orang tuamu? Biar pak Tua itu mendapatkan ganjaran yang setimpal atas perbuatannya?

Ada apa denganmu? Engkau bukanlah anak kecil yang tidak bisa berbuat apa-apa, terlebih pada orang-orang yang sudah berani kurang ajar dan melakukan pelecehan seksual terhadapmu,"

"Aku tidak tahu, setelah kejadian itu, aku tidak berani menceritakannya kepada siapapun. Aku merasa malu, seandainya ada orang lain yang tahu perbuatan bejat pak Tua itu terhadapku. Saat itu, aku berusaha menutupi perbuatan bejat pak Tua itu demi untuk menjaga harga diriku dan juga nama baik keluarga besarku."

"Engkau merasa malu jika ada orang lain yang mengetahui perbuatan bejat pak tua dan mereka-mereka yang selama ini telah berani melecehkanmu. Tapi kenapa engkau tidak merasa malu pada dirimu sendiri dan juga Tuhan-mu? Engkau turuti permintaan pak Tua dan juga lelaki hidung belang lainnya, asalkan tidak ada yang tahu, hingga pak Tua dan yang lainnya itu merasa aman untuk terus melecehkanmu. Dan berpikir bisa mengulanginya kapanpun mereka mau.

Tahukah engkau? Bahwa pelecehan seksual yang engkau terima dari para lelaki yang berada di sekelilingmu itu bisa terjadi karena mereka merasa bahwa rahasianya aman bersamamu. 

Apakah dengan terus menutupi perbuatan bejat pak Tua dan orang-orang yang selama ini melecehkanmu. Engkau merasa terhormat di mata orang-orang yang ada di sekelilingmu?

Tidak! 

Di mata para lelaki hidung belang yang sudah pernah 'mencicipi' kehangatan tubuhmu, engkau hanyalah seorang pelacur, pelacur yang kapanpun mereka mau, mereka bisa mendapatkan kehangatan darimu di mana saja. Di dalam Mobil, di hotel, di kamar mandi, di tempat kerja bahkan di dalam rumahmu sendiri.

Mas yakin. Masih banyak perempuan lain di luar sana, yang juga mengalami dan menerima perlakuan tidak menyenangkan dari orang-orang yang seharusnya menjaganya itu. Dan sama sepertimu. Rasa takut dan malu, seringkali membuat para korban pelecehan seksual itu enggan untuk bercerita dan membongkar aib serta kebobrokan orang-orang yang sudah sekian lamanya melecehkannya dirinya itu. Kebanyakan mereka kuatir akan di jadikan tersangka oleh para pelaku. 

Di akhir zaman, di mana uang adalah segalanya bagi para penyembah harta. Para penyembah berhala memang selalu berhasil memutar balikan fakta. Dimana uang dan kekuasaan yang mereka miliki bisa membuat hukum buatan manusia ini berpihak kepada mereka. Dengan uang dan kekuasaan yang mereka miliki, seringkali mereka  bisa membuat yang salah menjadi benar dan yang benar menjadi salah. Sesuai keinginan mereka. 

Sampai kapan engkau akan membiarkan dirimu itu berada di posisi orang-orang teraniaya? Sampai kapan engkau biarkan dirimu itu terus-terusan menjadi korban kemunafikan mereka? 

Jika malu adalah salah satu alasanmu untuk mendiamkan perbuatan mereka. Apakah dengan mendiamkan perbuatan mereka terhadapmu, engkau masih merasa mempunyai rasa malu?

Apakah dengan mendiamkan perbuatan orang-orang yang selama ini sudah melecehkan harga dirimu, engkau merasa jauh lebih baik dari pada membongkar kebobrokan mereka? 

Mungkin dengan membiarkan dan menutupi perbuatan bejat pak Tua itu tidak di ketahui oleh orang lain, bisa membuat harga diri dan juga keluarga besarmu itu tetap terjaga. Tapi apakah engkau tidak merasa bersalah pada dirimu sendiri?  Di depan orang lain, engkau bisa terus pura-pura tertawa di dalam tangis derita. Di depan wanita baik-baik engkau bisa tetap berpura-pura menjadi wanita baik-baik seperti mereka. Tapi pernahkah engkau bertanya pada hati kecilmu? Apakah betul engkau bahagia dengan semua sandiwaramu itu? 

Apakah Mas ini terlihat begitu bodoh di matamu? Sehingga engkau bisa bebas mengarang cerita sesuka hatimu, dengan mengatakan bahwa semua yang terjadi berulang kali itu karena terpaksa?"

"Tidak!"

"Kenapa di belakang Mas, diam--diam engkau masih menemui dan tetap berhubungan dengan orang-orang yang katanya pernah memaksa dan menyakitimu?"

"Tidak!"

 "Apakah sebenarnya engkau ini menyukai saat-saat dimana mereka pernah menyakiti dan memaksamu seperti dulu?"

"Baiklah! Jika memang itu yang Mas ingin dengarkan dari mulutku. Aku akan katakan; bahwa dulu aku melakukan dengan mereka semua atas dasar suka sama suka. Puas!"

"Mas lebih suka mendengarkanmu berkata jujur seperti ini, dan itu lebih baik. Walaupun itu terasa begitu pahit. Tapi setidaknya Mas tidak merasa engkau bohongi setiap kali mendengarkan ceritamu, yang mengatakan bahwa engkau melakukan itu semua karena terpaksa. 

Aku adalah kamu dan kamu adalah aku. Sakitmu adalah sakitku dan sakitku adalah sakitmu. Tidak ada yang perlu engkau tutupi dan sembunyikan lagi dariku. Karena aku adalah cermin-mu. 

Sayang.. 

Jangan pernah bermain kata dengan orang yang sudah memberikan separuh 'rasa' dan nafasnya itu padamu. Karena, saat ini aku mengenalimu sebaik aku mengenali diriku sendiri. 

Di mata Mas, kejujuranmu itu jauh lebih berharga dari pada kecantikanmu saat ini. Mas sadar semua orang akan menua pada waktunya. Sebab tidak ada kecantikan yang abadi di dunia ini. 

Jika ada lelaki yang mengatakan padamu; bahwa dia begitu mencintaimu karena kecantikan paras dan rupamu, maka bersiap-siaplah engkau untuk dia tinggal pergi setelah engkau menua dan terlihat tidak cantik lagi.

Menurutmu, apakah pak tua dan para lelaki yang selama ini selalu meminta tanda bukti cinta dengan memaksamu melakukan 'itu'. Apakah mereka benar-benar tulus mencintaimu? 

Apakah pemaksaan itu yang engkau sebut dengan cinta? Jika alasanmu melakukan 'itu' atas dasar sama-sama mencintai antara satu dengan yang lainnya. 

Jika mereka memang benar-benar mencintaimu, maka mereka pasti akan menjagamu dan juga harga dirimu dengan cara menikahimu, bukan dengan cara mencuri-curi kesempatan dan meminta bukti cinta seperti itu. Seperti saat mereka meminta 'layananmu' di dalam Mobil dan di tempat-tempat sepi lainnya."

"Saat ini aku sudah tidak memiliki 'rasa' apa-apa lagi dengan pak Tua itu. Dan masa lalu ku telah mati, bersamaan dengan saat aku memutuskan untuk melangkahkan kaki-ku ini menapaki 'jalan sunyi' bersama Mas. Jujur saja, saat ini aku sudah tidak perduli lagi dengan penilaian orang lain terhadapku. 

Aku sadar, jika 'harga diri' yang selama ini kuperjuangkan, agar aku dan keluarga besarku itu tetap terlihat 'baik' di mata semua orang, ternyata harus kubayar mahal dengan mengabaikan 'kata hati' ku sendiri."

"Apa yang engkau pikirkan? Saat kembali menerima tawaran dari pak Tua itu untuk kembali menaiki Mobil-nya? Apa yang engkau rasakan? Saat kembali duduk berdua dengannya, di dalam mobil yang dulu pernah dia pakai untuk melecehkanmu di pinggir jalan? Apa yang engkau pikirkan? Sampai akhirnya, engkau putuskan untuk tetap menerima ajakan orang yang dulu pernah pernah berulangkali memaksamu? Apakah engkau ingin kembali mengenang dan merasakan, masa-masa dimana pak Tua itu dulu pernah meminta layanan seks oral-mu?"

"Tidak! Rasaku sudah Mas bawa terbang hingga menembus lapis langit yang ketujuh. Dan 'rasa'ku  ini, telah berada di dalam genggaman Mas seutuhnya. Hingga saat ini, sudah tidak ada tempat lagi bagi lelaki lain di dalam hatiku."

"Apa yang engkau takutkan? Sehingga engkau begitu takut untuk menolak permintaan pak Tua dan orang-orang yang selama ini melecehkanmu? Apakah engkau kuatir jika dunia ini akan pergi meninggalkanmu? Sehingga engkau tak mampu untuk menolak ajakannya. Apakah janji surga dan ancaman neraka itu begitu membekas di dalam hatimu? Sehingga tujuan hidupmu itu semata-mata hanyalah untuk mendapatkan tempat di dalam surga dan menghindari neraka. 

Dan jika surga dan neraka itu adalah tujuan akhir dari kehidupanmu, kenapa engkau malah melupakan Tuhan-mu? Tuhan yang telah menciptakan surga dan neraka sebagai ganjaran bagi orang-orang yang selalu ingat dan melalaikan-Nya selama berada di dunia. 

Ada apa denganmu? Apakah setan dan permainan dunia itu telah membuatmu lupa, siapa engkau dan siapa Tuhan-mu yang sesungguhnya? Lihat aku, tatap aku dengan mata hatimu. Aku adalah aku yang akan selalu membangunkanmu dari tidur panjangmu.

"Aku,"

"Engkau adalah Bidadari kecil yang kutemukan tengah menangis sesegukan di tengah hujan malam. Bidadari kecil, yang kulihat tengah menangis sendirian di hadapan Tuhan. 

Engkau adalah Bidadari kesunyian yang aku temui tengah menangis sesegukan karena merasa dirimu itu begitu hina di hadapan Tuhan. Bidadari kecil, yang dari sang Waktu, aku tahu tengah terjebak di dalam kubangan dosa-dosa masa lalumu.

Engkau adalah Bidadari kecil, yang dari penghuni langit lainnya, aku tahu saat ini tak lagi mampu terbang dari kubangan dosa-dosa masa lalu, karena satu sayapnya telah patah akibat terbujuk rayuan setan di masa lalu. Dan engkau adalah Bidadari kecil, yang satu sayap-mu itu ada padaku. Dan aku adalah Binatang Jalang yang pernah merelakan 'pakaian'ku terbakar api neraka demi untuk mengambilkan sayap-mu itu. Sayap mungil yang tertinggal dan tronggok bersama bahan bakar api neraka lainnya.

Di jalan sunyi, tempat dimana aku pernah mengembalikan satu sayap-mu, dan juga mengobati semua luka-luka masa lalumu, saat itu, sambil melihat ke arahku, engkau berkata,"Aku milikmu, di saksikan oleh Tuhan-ku dan Tuhan-mu beserta para penghuni langit lainnya, aku serahkan hati dan 'rasa'ku, sepenuhnya hanya untukmu. Engkau Adam-ku dan aku adalah Hawa-mu. Di hadapan Tuhan Yang Maha Kasih kita menyatu. Jangan tinggalkan aku, karena aku begitu rapuh tanpamu."

Di jalan sunyi, tempat dimana setan dan manusia tidak lagi mampu menjangkaunya, kubawa rasamu menuju lapis langit yang ketujuh sambil berkata,"Rasamu adalah rasaku dan rasaku adalah rasamu".

Di jalan lurus, tempat dimana manusia dan ciptaan Tuhan lainnya melihat jalan yang tengah kita lalui ini bagaikan rambut yang di belah tujuh. Sambil menggenggam erat tanganku, engkau bertanya,"Kenapa engkau bawa aku ke lapis langit ketujuh? Tempat di mana Surga dan Neraka tidak lagi mampu menjangkau para penghuni di dalamnya?"

"Aku membawamu ketempat ini, karena aku ingin selamanya bersamamu di tempat itu. Dan inilah akhir dari perjalanan kita yang sesungguhnya. Sebab Dunia-mu, Dunia-ku dan Dunia yang selama ini ada di dalam pikiran anak-anak manusia yang saat ini masih berada di dunia, itu hanyalah tempat persinggahan sementara. Karena sesungguhnya, Engkau dan Aku adalah dua insan yang tercipta, jauh sebelum Tuhan menciptakan dunia dan seisinya. Engkau dan Aku tidak memerlukan janji Surga dan ancaman Neraka untuk belajar mengenal-Nya. Karena tempat kembali Engkau dan Aku bukanlah Surga apalagi Neraka. Tapi, tempat kembali kita yang sesungguhnya adalah di alam keabadian cinta bersama-Nya."


Catatan: Cerita ini hanya fiksi belaka, jika ada kesamaan Foto, nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun