Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sayap-sayap Patah

25 November 2019   16:20 Diperbarui: 26 November 2019   08:55 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku ingat. Awalnya aku sempat menepis tangan kirinya. Saat tangan kiri-nya itu mulai 'nakal'. Waktu itu, sambil membawa mobil, tangan kiri pak Tua terus mencari celah untuk bisa meraba--raba 'wilayah' pribadiku. Hingga setelah sampai di jalanan sepi dan merasa aman, pak Tua itu segera memarkirkan kendaraan roda empatnya.

"Sebentar saja," katanya terengah-engah, sambil terus berusaha menciumiku penuh nafsu. 

Saat itu aku semakin terpojok dan tidak kuasa untuk mencegahnya. Aku berusaha menolaknya, dengan mengatakan bahwa aku sedang 'Datang Bulan'. Tapi dia terus memaksa. Hingga, dengan sedikit terpaksa, akhirnya aku turuti 'permintaannya'. 

Tapi jujur saja aku tidak pernah mencintainya. Sebab yang aku lakukan saat itu karena terpaksa!"

"Kalau memang engkau tidak mencintainya, kenapa engkau mau melakukan 'itu' dengannya?

Dan jika memang saat itu engkau di paksa, kenapa tidak berontak? Teriak atau berbuat sesuatu yang bisa membuatmu terhindar dari pelecehan seksual di dalam Mobil-nya?

Dan setelah kejadian itu, kenapa engkau tidak melaporkannya ke Polisi atau menceritakannya pada kedua orang tuamu? Biar pak Tua itu mendapatkan ganjaran yang setimpal atas perbuatannya?

Ada apa denganmu? Engkau bukanlah anak kecil yang tidak bisa berbuat apa-apa, terlebih pada orang-orang yang sudah berani kurang ajar dan melakukan pelecehan seksual terhadapmu,"

"Aku tidak tahu, setelah kejadian itu, aku tidak berani menceritakannya kepada siapapun. Aku merasa malu, seandainya ada orang lain yang tahu perbuatan bejat pak Tua itu terhadapku. Saat itu, aku berusaha menutupi perbuatan bejat pak Tua itu demi untuk menjaga harga diriku dan juga nama baik keluarga besarku."

"Engkau merasa malu jika ada orang lain yang mengetahui perbuatan bejat pak tua dan mereka-mereka yang selama ini telah berani melecehkanmu. Tapi kenapa engkau tidak merasa malu pada dirimu sendiri dan juga Tuhan-mu? Engkau turuti permintaan pak Tua dan juga lelaki hidung belang lainnya, asalkan tidak ada yang tahu, hingga pak Tua dan yang lainnya itu merasa aman untuk terus melecehkanmu. Dan berpikir bisa mengulanginya kapanpun mereka mau.

Tahukah engkau? Bahwa pelecehan seksual yang engkau terima dari para lelaki yang berada di sekelilingmu itu bisa terjadi karena mereka merasa bahwa rahasianya aman bersamamu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun