Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat dari Masa Lalu [3]

14 Juli 2019   19:19 Diperbarui: 17 Juli 2019   14:14 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagian Tiga

<< Sebelumnya

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sayang,

Organisasi bawah tanah yang menaungi kelompok ini memiliki dana yang nyaris tanpa batas. Sebagian dana untuk kelompok ini masuk dari negara lain yang menginginkan kekacauan di negeri ini. Selain dana yang berasal dari luar negeri, ada juga dana dari dalam negeri yang berasal dari elit politik busuk yang kurang puas karena tidak mendapatkan jabatan yang mereka ingini di negeri ini.

Sayang, 

Itu semua aku ketahui setelah aku berhasil menjadi 'tangan kanan' pemimpin kelompok ini. Pemimpin kelompok yang tewas saat terjadi penyergapan yang di lakukan oleh aparat keamanan di Kampung Kepuhsari, Kelurahan Mojosongo, Jebres, Surakarta, bersama dengan tiga orang lainnya pada 17 September 2009 yang lalu. 

Sayang,

Aku tahu bahwa apa yang kami lakukan saat itu bukanlah perang suci, seperti apa yang selalu 'kami' doktrinkan kepada para calon 'pengantin' yang berhasil aku cuci otaknya itu.

Sayang,

Semenjak peristiwa Pengeboman Bali 2002, kelompok ini menjadi sasaran pencarian utama aparat keamanan di negeri ini. Dan pimpinan kami, waktu itu adalah orang ketiga yang paling dicari oleh Federal Bureau of Investigation (FBI) pada tahun 2006.

Sayang, 

Pada tahun 2005 kami pernah diserbu oleh aparat keamanan, tapi saat itu berhasil lolos, wakil pimpinan dan beberapa orang teman di kelompok ini ikut tewas pada saat penyergapan di Batu, Malang itu. 

Sayang,

Pada saat 'pengantin' kami berhasil melakukan aksinya di Mega Kuningan, Jakarta pada 2009 yang lalu, saat itu kami berhasil lolos dari kejaran aparat keamanan karena 'orang dalam' kami berhasil mengelabui Aparat keamanan yang waktu itu hampir berhasil menyergap kami.

Tapi pada penyergapan di Kampung Kepuhsari, Kelurahan Mojosongo, Jebres, Surakarta, pada 17 September 2009 yang lalu. Saat itu Aparat Keamanan Indonesia berhasil menembak mati pemimpin kelompok ini.

Sayang, 

Aku tahu bahwa 'orang kuat' yang selama ini mendanai semua kegiatan organisasi bawah tanah ini menginginkan suatu perubahan akibat tekanan elit politik di negeri ini.

Saat itu Aparat keamanan di anggap tidak mampu menyelesaikan persoalan keamanan di dalam negeri, sehingga 'orang kuat' yang selama ini mendanai setiap kegiatan kelompok ini akhirnya menyetujui bahwa harus ada yang dikorbankan. Untuk memberikan kesan, seolah-olah organisasi bawah tanah ini telah berhasil dihancurkan.

Sayang,

Setelah kematian pemimpin kelompok ini pada pada 17 September 2009 yang lalu, aku paham betul bahwa ini bukanlah akhir dari semua permainan. Sebab aku tahu, selagi masih ada sumber daya alam dari suatu negara yang baru berkembang, maka negara-negara besar di luar sana masih akan tetap membutuhkan orang-orang seperti kami.

Sayang,

Sejarah kelompok ini pada awal mulanya berinduk pada Al-Qaeda. Dan itu, semua itu tidak luput dari pandangan mataku. Aku paham betul kenapa pada tahun 2003 yang lalu, 'orang kuat' di negeri ini meminta pada dia (orang yang saat itu belum menjadi pemimpin di kelompok ini) agar segera mendirikan organisasi seperti itu di dalam negeri.

Sayang, 

Pada tahun 2003 yang lalu dia memisahkan diri dari induk organisasi dan menyatakan diri sebagai Qa'id (pemimpin) Tandzim (cabang) Al-Qaeda untuk Asia Tenggara. 

Sayang, 

Aku sangat mengenal dia, orang yang pada awal mulanya merekrut karena ingin menjadikanku sebagai calon 'pengantin' itu. Sosok yang oleh kalangan intelijen saat itu diketahui sebagai orang yang memiliki kemampuan perekrutan dan indoktrinasi yang baik, selain cerdas dan licin  di dalam setiap aksinya itu.

Sayang,

Tongkat estafet kepemimpinan yang seharusnya jatuh ke tanganku itu tidak kuambil tak lama setelah kematiannya pada 17 September 2009 yang lalu. Karena jujur saja, saat itu aku berharap masih bisa hidup normal di tengah-tengah masyarakat bersamamu.

Sayang, 

Ternyata organisasi bawah tanah ini lebih gelap dari yang aku kira selama ini. Tak lama setelah aku menolak untuk merekrut 'pengantin' baru, aku diburu  aparat keamanan dan orang-orang dari induk organisasi yang selama ini menaungi dan membiayai organisasi bawah tanah ini. Kehidupanku semakin sulit tanpa dukungan dana dan informasi dari 'orang kuat' yang selama ini selalu memakai jasa kelompok ini.

Sayang,

Aku sudah lama tahu bahwa bahwa organisasi besar ini adalah proyek bersama, dimana ketakutan sengaja diciptakan oleh orang-orang yang selama ini begitu haus akan jabatan. Dan orang-orang seperti kami inilah yang mereka butuhkan. Sebab pasukan anti-teror memang dibutuhkan jika ada gangguan keamanan.

Sayang, 

Sudah lama aku paham bahwa teror dibutuhkan untuk mengalihkan isu-isu yang sedang berkembang. Dan orang-orang sepertiku ini sangat paham, bahwa jika sudah tidak dibutuhkan, maka kami ini hanyalah sekelompok binatang buruan.

Sayang,

Aku tidak akan menceritakannya semua padamu di dalam isi surat ini. Kelak kamu akan mengetahui sendiri siapa-siapa saja yang selama ini menjadi penyandang dana bagi kelangsungan hidup kelompok bawah tanah ini. 

Sayang, 

Sebagai mantan wartawati media cetak nasional, aku paham akan nalurimu yang akan berusaha mencari semua informasi tentangku, setelah kematianku ini.

Sayang, 

Ketika surat ini sudah sampai di tanganmu, aku yakin bahwa saat itu kamu sudah kembali menjadi gadis tomboy, seperti pada saat pertama kali aku kenal dulu. Karena surat ini tidak akan pernah sampai ke tanganmu langsung dari tanganku.

Sayang,

Aku begitu mengenalmu, kamu adalah gadis tomboy berkepala batu yang aku tahu akan terus berusaha mencari semua informasi tentang masa laluku. 

Sayang, 

Saat menuliskan surat ini, aku tahu bahwa surat ini akan segera sampai ke tanganmu tak lama setelah kematianku. Karena aku yakin, bahwa kematianku itu kelak akan menuntun langkah kakimu menuju ke tempat dimana aku menitipkan surat ini sebelum aku pergi menemuimu di tempat kita biasa minum secangkir kopi dahulu.

Sayang,

Aku tahu bahwa aku tidak akan pernah sempat untuk menceritakan semua ini, serta meminta maaf padamu. Dan melalui surat ini, izinkan aku menyampaikan permintaan maafku, semoga setelah kamu membaca surat ini kamu mau memaafkanku, kenapa dahulu aku pergi meninggalkanmu.

Sayang,

Di akhir surat ini, aku hanya ingin mengatakan bahwa perasaanku padamu masih sama seperti dulu. Tidak ada yang berubah. Di mataku kamu masih tetap cantik seperti dulu dan akan selamanya begitu. 

Sayang,

Sampai sekarang tidak ada seorang pun yang bisa mengubah keputusanku dari dulu.

Sayang, 

Sama seperti dulu, aku tidak akan pernah mau menjadi adikmu, karena aku ingin menjadi pendamping hidupmu.

Jakarta, 28 Mei 2019

Dari Lelaki yang tidak pernah mau menjadi adikmu.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


-Selesai-

Baca Juga balasan cerpen ini :  Surat Kekasih

Catatan : Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

Bahan Bacaan : 1

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun