Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Aku dan Sang Waktu

4 Januari 2019   00:21 Diperbarui: 16 Januari 2019   21:36 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku tidak ingin meninggalkanmu." kataku lagi, sambil menatap ke arah mata sendu yang saat ini kulihat mulai berkaca-kaca.

"Abang harus pergi sekarang. Aku sudah memaafkan semuanya, bahkan jauh sebelum abang meminta maaf padaku saat ini," jawabnya.

Kulihat bahunya sedikit terguncang-guncang, berusaha menahan tangisnya yang hendak pecah sedari tadi.

"Aku tetap tidak akan pergi meninggalkanmu duluan di tempat ini," kataku lagi sambil berjalan menghampirinya.

"Stop! Berhenti di situ. Demi untuk kebaikan kita semua. Aku mohon pergilah segera. Biarkan aku sendirian di tempat ini," katanya lagi.

"Dan tolong sampaikan salamku pada Dewi empat musim, jaga diri abang, baik-baik disana." katanya lagi, lalu memutar tubuhnya begitu saja. Meninggalkanku sendirian di tempat ini yang masih terpaku menatap kepergiannya.

Misteri Wanita Berjilbab Hitam di Selat Sunda

SAMBIL mengembangkan payung hitam di tangannya, perlahan tapi pasti sampan kayu wanita berjilbab hitam itu terus bergerak melaju, membelah ganasnya ombak di tengah lautan. Sambil memegang payung hitam di tangannya, wanita berjilbab hitam itu kembali menatap ke arah tempat dimana lelaki muda itu tadi berada.

Di tengah lautan, di antara ganasnya air laut yang tengah bergelombang. Wanita berjilbab hitam itu kembali menangis sesegukan. Sambil melihat ke arah tempat dimana lelaki muda itu tadi berada, perlahan dia membuka cadar hitam yang sedari tadi menutupi sebagian wajahnya.

Sambil berusaha menahan gejolak hatinya, masih dengan bahu yang sedikit terguncang-guncang menahan isak tangisnya, jemari wanita cantik berjilbab hitam itu menyentuh tempat dimana lelaki muda itu tadi duduk di atasnya.

Teringat pertemuannya dengan lelaki muda yang dulu pernah meninggalkannya; sambil duduk di pinggir tempat tidur minimalis yang terbuat dari kayu jati. Sambil menatap wajahnya sendiri yang berada di dalam cermin besar di atas meja rias di depannya. Diam-diam dia melirik ke arah lelaki muda yang dia tahu saat ini juga diam-diam sedang melihat memperhatikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun