Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku dan Para Pencari Tuhan

7 Juni 2018   00:17 Diperbarui: 28 Oktober 2018   15:27 1188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alkisah sebelum terjadinya Dunia ini. Tuhan telah lebih dahulu menciptakan sebentuk cahaya yang di beri nama Muhammad, ia begitu sempurna, indah dan mempesona hingga suatu ketika Tuhan bertanya,

 "Siapa engkau.? "

Cahaya menjawab, "Aku adalah Tuhan.."

Tuhan pun berkata, "Benarkah engkau adalah Tuhan? jika engkau memang benar-benar Tuhan, aku akan bersembunyi. Dan jika engkau mampu menemukanku, berarti benar bahwa engkau adalah Tuhan."

Akhirnya Tuhan pun bersembunyi, setelah Tuhan menghilang, cahaya terus mencari dan mencari, namun  tidak berhasil  menemukannya, hingga iapun menyerah.

Lalu dalam keadaan pasrah, sambil duduk diantara dua sujud Cahaya berkata. " Tiada Tuhan selain engkau ya Allah".

Dan Tuhan pun berseru." Hai Jibril saksikanlah.."

Dan Jibril pun seketika bersujud, lalu berkata. " Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Utusan Allah."

 

*

Perjalanan ini terasa sangat melelahkan, walau matahari sudah mulai condong kearah barat, tapi cuacanya masih begitu terik, dan saat ini aku merasa begitu haus dan lelah sekali, namun sejauh mata memandang, yang kulihat hanyalah hamparan padang pasir yang ujungnya entah dimana.

Aku ingin pulang, tapi saat ini aku tidak tau dari mana asalku. bahkan saat ini pun aku telah lupa siapa aku yang sebenarnya. Selama ini aku hanya berjalan kesana kemari mengikuti langkah kaki orang--orang yang juga tidak tau sebenar akan kemana mereka saat ini.

Hingga akhirnya kuputuskan untuk berbalik arah ke belakang. Dimana yang lainnya begitu enggan untuk menoleh  kebelakang.  Aku sendirian di tempat ini.  tanpa teman tanpa saudara, sejauh mata memandang.  yang ada hanyalah jalanan hitam yang ujungnya entah dimana.

Menurut beberapa orang yang telah ku jumpai di jalan ini, katanya Tuhan itu ada, dan Maha tau. Mungkin saja dia ada disekitar sini, aku ingin menemuinya, siapa tau dia bisa jelaskan siapa aku, dan dari mana asalku.

** 

AKu terus berjalan, hingga ku jumpai beberapa orang di persimpangan jalan ini, salah seorang  diantaranya menawarkan, agar aku  ikut dengan mereka saja melewati simpang jalan ini, yang menurutnya ini adalah jalan potong dan paling dekat  sampai ketujuan.

Aku bertanya."Sampai dimana tepatnya jalan ini?"

Dia cuma menggelengkan kepala, dan mengakui, bahwa sebenarnya dia dan teman-temannya juga tidak tau sampai dimana ujung simpang jalan yang akan mereka lalui  ini. Karna belum pernah ada yang sampai di ujung jalan sana, lalu  kembali lagi menjumpai mereka,  untuk  mengatakan bahwa memang inilah jalan yang benar dan mereka cari-cari selama ini.

*** 

Kuputuskan untuk meninggalkan mereka, dan meneruskan langkahku menyusuri jalan ini. Langkahku terhenti, ku jumpai  beberapa orang yang saat ini sedang terlibat perkelahian diantara mereka.

Ku datangi, ternyata mereka sedang meributkan nama Tuhan, masing--masing dari mereka, mengatakan bahwa nama Tuhan milik mereka-lah yang paling pas dan benar. Masing--masing tidak ada yang mau mengalah. Hampir saja mereka saling membunuh antara satu dengan yang lainnya, akibat beda cara menyebut nama Tuhan-nya.

Aku terdiam, tapi setelah kupikir-pikir, alangkah anehnya mereka semua. Sebab ketika ku Tanya pada mereka, Tuhan mereka itu seperti apa dan ada dimana saat ini, tiada satu pun diantara mereka yang mampu menjawabnya.

Namun  mereka begitu  yakin, bahwa nama Tuhan milik merekah- lah yang paling pas dan benar. Sehingga yang lain-nya itu mereka  anggap ngawur dan salah semuanya.

Akhirnya karena tidak ada yang mau mengalah antara satu dengan yang lainnya, mereka mulai berlomba  meng-kampanye-kan tata cara menyebut nama Tuhan milik mereka, lengkap dengan  beberapa slogan di tambah lambang kebesaran dan atribut pakaian dengan merk  yang menunjukan bahwa mereka lah saat ini orang-orang  yang paling pas dan benar cara menghadap ke Tuhannya.

Ketika kutanyakan pada mereka, kenapa membuat aturan dan tata cara sendiri dan berbeda dari yang lainnya, mereka hanya menjawab, mereka ingin tampil beda, biar lebih kelihatan ber-iman. Dan yang pastinya  mudah di kenali sama Tuhan.

Jujur saja aku bingung mendengar jawaban mereka, masak Tuhan bisa ketipu sama penampilan? Tapi ya sudahlah, itukan urusan mereka.

Setelah berpamitan aku pun melanjutkan perjalanan, dari jauh kulihat seorang lelaki yang sedang berdiri di simpang tiga, sepertinya sedang menunggu sesuatu, orang ini sepertinya pernah kulihat sebelumnya, tapi aku lupa entah dimana, Seorang pria gagah, tampan dan sepertinya penuh belas kasih.

Aku terus berlalu dan pura-pura tidak melihatnya, tapi orang itu keburu mengucapkan salam padaku, aku berhenti dan menjawab salamnya. Dia ulurkan telapak tangannya, dan menjabat tangan ku sambil memperkenalkan dirinya, lalu bertanya,

" Apa yang saudara cari sehingga begitu terburu buru?"

Aku pun menjawab," Aku hendak mencari Tuhan, karena kata beberapa orang yang ku jumpai, katanya dia maha tau, aku ingin bertanya, siapa aku, dan dari mana asalku"

Dia tersenyum, lalu berkata,

"Belum pernah adakah orang yang memberi  kabar gembira dan petunjuk  arah pulang padamu?"

Aku menjawab, "Dulu pernah ada, tapi itu sudah lama sekali, dan saat ini semua orang telah lupa, sehingga masing-masing membuat jalannya sendiri-sendiri, yang menurut keyakinan mereka, akan lebih cepat sampai ke tujuan."

Setelah mendapatkan beberapa petunjuk jalan yang menurutku masuk akal untuk di ikuti, aku meneruskan perjalanan ku kembali.

Menurutnya di jalan ini ada 73 simpang jalan, tapi pesan-nya tadi, sebaiknya aku ambil saja jalan yang lurus ini.

**** 

Belum seberapa jauh aku berjalan meninggalkan Pria di simpang tiga tadi, aku di kejutkan suara orang yang mengucapkan salam padaku. Aku berhenti sejenak, melihat seorang lelaki berusia sekitar 45 tahun lebih, tersenyum ramah  menatap ku, lelaki ini belum pernah kulihat sebelumnya, tapi entah kenapa aku merasa begitu sangat dekat dan merasa  sudah tidak asing lagi dengan-nya.

Sosok-nya begitu berwibawa, tampan dan juga  ramah, menyenangkan sekali berada di dekatnya. tapi rasa senang ini bukan rasa senang karena nafsu, seperti layak seorang lelaki menyukai seorang wanita, tapi rasa senang ini, seperti rasa senang kita ketika menjumpai saudara lelaki kita yang sudah lama tidak bertemu dan tidak ada kabar berita sebelum-nya.

Aku segera menjawab salamnya, dia menjabat tanganku, sambil memperkenalkan dirinya, lalu  ajukan pertanyaan seperti yang selama ini sudah sering kudengar,

"Saudara siapa? dari mana dan hendak kemana?"

Aku pun menjawab, " Aku tidak tau siapa aku dan dari mana asalku, aku ingin mencari Tuhan, aku ingin bertanya saat ini aku  dimana, sebab kata orang, katanya Tuhan  itu  Maha tau.."

Dia tersenyum lalu merangkul pundak-ku sambil berkata,

 "Bagaimana mungkin saudara ingin mencari Tuhan, dengan diri sendiri pun saudara tidak mengenali-nya, seandainya nanti  bertemu pun saudara sudah pasti tidak akan mengenalinya. Maka kenalilah dirimu, barang siapa mengenali dirinya sesungguhnya ia mengenali Tuhan-nya."

" Dialah ( Tuhan) yang  menciptakan langit dan Bumi, dan segala yang ada di diantara keduanya dalam enam (masa) hari, kemudian bersemayam di atas Arasy, Tuhan maha pemurah, maka tanyalah kepada orang yang mengetahui tentang dirinya ".

(SURAH AL-FURQAN : Ayat 59

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun