Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Naskah Cerita

28 Mei 2018   04:36 Diperbarui: 11 Februari 2019   22:23 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi kini aku sadar, aku memang aku tidak mengerjakan apa yang mereka kerjakan, tapi aku malah memiliki sifat dari anak iblis beserta anak dan cucunya.

Rasa amarah dan kebencian membuatku lupa, padahal dari semua kitab terdahulu yang pernah ku baca, semuanya menyatakan kalau Iblis tercipta dari api, penuh amarah dan kebencian.

Selama ini aku merasa lebih baik, dari mereka-mereka yang ku anggap selalu mengikuti amalan Iblis beserta anak cucunya, tanpa ku sadari, aku sering merasa lebih baik dari mereka semua. Sehingga cenderung menganggap aku lah yang paling mulia di hadapannya, tapi setelah kupikir-pikir, apa bedanya aku dengan Iblis, yang kala itu merasa lebih baik dari Adam?

Selama ini, aku berjalan di atas muka bumi ini lebih banyak mengikuti hawa nafsuku saja, hawa nafsu yang tanpa kusadari semakin lama semakin mengotori hati, karna hati itu ibarat cermin.

Dan hanya hati yang mampu menangkap dan menerima pesan dari Sang Pencipta, seandainya cermin itu kotor dan berdebu mustahil mampu menangkap bayangan-nya dengan sempurna.

Dan entah kenapa saat ini aku sepakat pada ucapan beberapa orang yang mengatakan, bahwa pertempuran yang paling berat itu adalah perang melawan hawa nafsu yang ada di dalam diri sendiri.

Dan selaku manusia terkadang aku suka berlaku tidak adil terhadap ciptaanya, sehingga sebagai manusia aku lebih sering memihak dan terkadang berat sebelah dalam menilai ciptaann-NYA.

Aku lupa kalau lagi bermain sandiwara. Tak jarang,aku berkeluh kesah pada sang Pencipta. Lupa kalau permainan ini hanya sementara, hingga sering menuntut alur cerita untukku di ubah, karena aku merasa sering berada di pihak yang teraniaya, hingga sering merasa Sang Pencipta berlaku tidak adil padaku.

Masing--masing mendapatkan peran utama dalam hidupnya, ada yang mendapatkan peran sebagai Pejabat sekaligus Penjahat, ada yang menjadi orang baik, dan ada pula yang menjadi orang jahat, dimana di dalam alur cerita yang ada di Dunia ini, kejahatan pada akhirnya harus mengalah pada kebaikan. Aku sering lupa, bahwa baik dan jahat itu semuanya milik Tuhan, dan sudah tentu kesemuanya itu sudah berjalan atas izin dan kehendak-NYA.

Entah sudah berapa lama aku berjalan. Dan entah dimana aku berada saat ini, tapi yang pasti saat ini aku sedang berdiri diluar panggung Sandiwara. Ada pemainan dan tentunya ada penonton dan juga Sutradara. Ku ambil tempat duduk di salah satu kursi penonton yang masih kosong, melihat pergelaran cerita anak manusia.

Begitu indah dan memukau permainan mereka, para pemain begitu menghayati peran-nya, hingga terkadang mereka lupa, kalo saat ini sedang bermain dalam cerita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun