Jika seorang pemimpin terjun kelapangan ikut kerja, kerja, kerja merupakan symbol dan memberi pesan bahwa bawahannya jangan malas.
Orang yang kerja karena ada gagasan, sedangkan orang yang mempunyai gagasan belum tentu bisa kerja.
“Kalau anda meremehkan kata-kata maka dapat memecah belah warga Jakarta”
Kalimat yang jelas mengandung unsure retorika provokatif seolah-olah kasus yang dialami Ahok karena kata-kata yang menimbulkan pecah belah warga DKI.
Masih banyak lagi pernyataan-pernyataan Anies seperti :
"Integritas bukan soal jujur. Pencuri pun bisa jujur soal apa yang dikerjakannya,"
"Nilai-nilai agama jadi pegangan kita dalam menghadapi tantangan integritas” (Sumber)
Apa yang dipetik dari contoh diatas lebih kearah sebagai motivator atau penceramah yang jauh dari program konkrit yang didambakan warga sebagai cagub sesungguhnya.
Anies perlu ingat bahwa pemilih DKI adalah pemilih cerdas walaupun sebagian warga pendidikannya rendah bukan berarti tidak memahami bahasa retorika sehingga jika Anis-Sandi mengulangi lagi di debat kedua maka tidak menutup kemungkinan elektabilitasnya akan melorot dan nilai debat yang sebelumnya 25% ikut melorot juga.
Jadi, Penekanan Anies menginginkan lebih banyak bicara daripada bekerja mencerminkan jatidiri Anies selama menjadi Menteri harus diakhiri dengan pemecatan karena banyak gagasan tanpa mampu diimplementasikan dalam bentuk aksi.