Bermain dua kaki
Kedatangan Ahok untuk meminang Djarot sebagai kader terbaik semestinya disambut baik PDIP, minimal terima kasih kepada Ahok karena merasa sudah melirik kadernya.tetapi justru disambut dengan prilaku-prilaku kader PDIP yang karbitan. Harusnya PDIP berbangga hati punya banyak stok kader-kader terbaik.
Jika PDIP tetap usung Risma, posisi Djarot dimana ? Apakah hanya pasrah menerima takdir dari PDIP ? Djarot jangan lupa, nasib ditangan Tuhan, bukan nasib di tangan Partai PDIP.
Maka kesempatan kedua (terakhir) bagi Djarot adalah harus mengambil sikap tegas, keluar dari partai atau tidak.
Djarot tentu berharap PDIP rela melepasnya untuk berduet bersama Ahok apabila PDIP mengusung Risma.
Seandainya Djarot lepas dari PDIP dan bergabung dengan Ahok maka peluang menang sangat besar walaupun Risma diusung PDIP.
NHG akan berpikir panjang jika bersama PDIP mengusung Ahok-Djarot, NHG tidak akan dapat apa-apa alias sia-sia, justru PDIP akan berkibar apalagi Ahok-Djarot terpilih nanti. Dengan perhitungan politik seperti itu, partai NHG akan menolak secara halus kehadiran PDIP atau Ahok-Djarot tidak diwujudkan, seperti artikel “Opsi Ahok-Djarot Sulit Terwujud”.
Tentu PDIP tidak akan terima perlakuan partai NHG, namun tida ada jalan buat PDIP kecuali bisa bermain “dua kaki” seperti dalam artikel “PDIP Tidak Cerdas Bermain 2 Kaki”.
Kunci “injury time” ada ditangan partai NHG, partai NHG akan melakukan pembalasan politik terhadap PDIP akibat perlakuan kader-kadernya terhadap Ahok :
- Partai NHG akan menolak kehadiran PDIP untuk mengusung Ahok-Djarot kecuali Ahok-Djarot diusung Partai NHG tanpa PDIP.
- Ahok melalui Partai NHG mengupayakan menarik Djarot dari PDIP.
Pilihan hanya ditangan Djarot :
Djarot bertahan di PDIP maka jadilah “kutu mengendap” kader yang baik.