Mohon tunggu...
wara katumba
wara katumba Mohon Tunggu... pengusaha -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

POLITIK LU TU PENGADU (POLITIKus LUcu TUkang PENGAngguran berDUit)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahok Pecundangi PDIP, Djarot “Puyeng”

20 Agustus 2016   11:06 Diperbarui: 20 Agustus 2016   12:42 1581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana prilaku kader-kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) terhadap Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) seperti menebar isu Deparpolisasi, dianggap tidak sopan, tidak beretika, tidak tahu tata krama, berkata kasar.

Kemudian menekan dengan 4 syarat dan tahapan yang harus diikuti Ahok bila mau 'bertobat'. Yang pertama adalah mendaftar ke penjaringan PDIP, diverifikasi, mengikuti penyaringan, serta memilih wagub dari PDIP”.

Terakhir mengejek dengan bernyanyi ramai-ramai seperti Taman Kanak-Kanak dengan lagu “Ahok pasti tumbang”.

Prilaku dan fakta beredarnya video tersebut jelas akan berdampak menjauhnya jarak PDIP dengan partai Nasdem, Hanura dan Golkar (NHG) dan Ahok. (sumber: kompas.com).

Beberapa contoh diatas memperlihatkan sikap dan tingkah politik yang sangat buruk oleh para kader PDIP terhadap Ahok yang tidak mampu berpikir untuk mengolah strategi politik bagaimana caranya agar bisa menelurkan ide-ide cemerlang dalam menghadapi Ahok terutama Pilgub DKI Jakarta.

Kedatangan Ahok menemui Megawati Soekarno Putri (Mbok’e) pada tanggal 17 Agustus 2016 tentu berdampak besar arah politik PDIP, sikap PDIP semakin tidak jelas antara mengajukan Ahok-Djarot atau mengusung kader sendiri terutama Risma (Walikota Surabaya) yang lebih menjual daripada Djarot.

Kehadiran Ahok bukan sebagai kader PDIP menemui Mbok’e adalah hal wajar, apalagi kedatangannya untuk meminang Djarot yang dianggap kader terbaik, kecuali Ahok sebagai Kader PDIP terus meminta, itu baru tidak wajar alias kurang ajar.

Tidak ada perbedaan antara kedatangan pertama Ahok untuk meminang Djarot lewat jalur independen beberapa waktu lalu dengan kedatangan Ahok yang kedua pada 17 Agustus 2016, tujuannya adalah hanya meminang Djarot untuk dijadikan pasangan calon wakil Gubernur DKI Jakarta yang diusung lewat Partai NHG. (Sumber: tribunnews.com)

Pasca Kedatangan Ahok, PDIP benar-benar dibuat Ahok tidak berdaya, sulit mengambil sikap, gamang, bimbang. Butuh waktu panjang mengambil keputusan yang sulit, penyebabnya adalah apakah mengambil sikap berikut :

Usung Ahok-Djarot

Apabila PDIP usung Ahok-Djarot, secara pribadi Ahok akan menyambutnya dengan senang hati, karena itu adalah keinginan pribadinya dari awal (jalur independen) hingga sekarang (jalur partai).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun