Dengan kostum yang unik nan lucu, mereka turut memancarkan terang. Supaya anak-anak kita juga tahu, ada seorang perempuan di Indonesia yang menyalakan terang di tengah gelapnya dunia. Supaya mereka bisa lebih menghargai perjuangan perempuan, yakni utamanya ibu mereka.
2) Memancarkan terang dalam keseharian
Sebagai laki-laki, aku mengakui ribet untuk persiapan parade dengan kostum ini. Masih mempersiapkan anak kecil pula. Belum makannya, belum mainannya, belum kalau nanti rewel. Tapi, para ibu yang punya anak batita tidak kalah dengan kendala itu, termasuk istriku.
Dalam kesehariannya, para wanita ini juga berjuang di dalam keluarga masing-masing. Ada yang bekerja demi mendukung suami, atau mengurus anak dan rumah tangga, semuanya adalah usaha memancarkan terang. Terima kasih, para Kartini!
3) Meski gelap, terus pancarkan terang
Kegelapan saat ini bukanlah penjara seperti yang dialami Kartini puluhan tahun lalu. Namun, tantangannya tidak kalah besar. Kesulitan mendidik anak, disrupsi akibat media sosial, persoalan keuangan, relasi yang sering bergesekan, kesibukan pekerjaan, dan banyak lagi. Ini disebut kondisi gelap.
Meski begitu, para wanita harus terus memancarkan terang, dimulai dari keluarga. Dalam versi keluarga kecil kami, aku tidak bisa seterampil istriku dalam mengelola rumah tangga. Namun, tetap berusaha membantu sekecil apa pun. Memandikan anak dan menyiapkan bekal, misalnya.
***
Parade hampir selesai. Aku mengantar anak ke tempat Mbah, sedang istriku menunggu di gereja dan mencari tempat duduk untuk ibadah kedua. Saat aku kembali, istriku senyum dengan manis sambil menunjukkan suatu bingkisan. Wah, Kartini-ku menang! Hebat! --KRAISWAN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H