Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Kartini 2024: Meski Gelap, Tetap Pancarkan Terang

21 April 2024   17:01 Diperbarui: 22 April 2024   17:01 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kartiniku dapat juara dalam parade | dokpri

Gelap adalah kondisi ketiadaan terang. Dunia ini makin gelap karena tidak ada, atau kekurangan terang. Maukah kau menjadi terang itu?

***

Jika boleh dibayangkan, demikian kira-kira nasib Kartini di era penjajahan Belanda. Saat wanita tidak mempunya hak seperti laki-laki, dan tetap menjadi warga kelas dua. Padahal, mereka juga adalah manusia yang punya daya, kesempatan, dan impian.

Perempuan tidak boleh sekolah. Harus untuk pada laki-laki. Tidak boleh memberikan pendapat. Menjadi alat untuk kepentingan laki-laki, kawin paksa salah satunya. Inilah kondisi ketiadaan terang yang dialami Kartini di tahun 1800-an.

Dalam surat yang ditulis kepada sahabatnya, Stella Zeehandelaar tanggal 25 Mei 1899, Kartini menulis:

“… we girls, so far as education goes, fettered by our ancient traditions and conventions, have profited but little by these advantage. It was a great crime against the customs of our land that we should be taught at all, and especially that we should leave the house every day to go to school. For the custom of our country forbade girls in the strongest manner ever to go to outside of the house..." (dikutip dari tirto.id)

Adat-istiadat sendiri yang membelenggu kaum perempuan dari citra dirinya yang sejati: penolong laki-laki. Di era itu, perempuan yang keluar rumah untuk bersekolah adalah suatu kejahatan besar. Ironis.

Namun, Kartini adalah wanita pemberani. Tak peduli segelap apa pun lingkungannya, dengan terseok-seok, dan mungkin sendirian, ia menyalakan terang. Lebih dari seabad kemudian, terang itu telah terpancar di dunia saat ini. Perempuan mendapat tempat yang setara, dan pantas berdampingan dengan laki-laki.

Untuk mengenang perjuangan wanita tanggung kelahiran Jepara, 21 April 1879 ini, gerejaku mengadakan suatu perayaan sederhana bertajuk "Semarak Hari Kartini". Komisi Dewasa mengajak jemaat (dewasa dan anak) untuk mengenakan pakaian daerah. Lalu setelah selesai ibadah, akan dilakukan parade singkat dari pintu keluar menuju halaman gereja. Kegiatan ini bertujuan mengobarkan semangat Kartini dan melestarikan kebudayaan bangsa Indonesia di tengah era medsos.

Mengenakan pakaian tradisional untuk parade di Hari Kartini | dokpri
Mengenakan pakaian tradisional untuk parade di Hari Kartini | dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun