Tapi, di balik durinya yang tajam, tekstur buah di dalamnya sangat lembut. Lezat pula. Kasar di luar, tapi lembut di dalam.
2) Kulit berduri, tapi banyak dicari
Di negara mana pun di bumi ini, orang baik selalu diterima masyarakat. Tapi kan ada para penjahat yang diculik dari penjara untuk menangkap penjahat lain yang lebih berbahaya. Itu di film.
Di dunia buah-buahan juga begitu. Orang suka makan buah yang halus, lembut, dan enak. Lembut di luar, ya enak di dalam. Tidak seperti durian.
Tapi, meski berduri durian banyak dicari orang. Mereka ini adalah kaum omnivora yang bisa melahap apa saja. Mau harganya mahal, aromanya menyengat tak hilang-hilang. Mau susah dicari, kulitnya berduri, mau di kampung-kampung sekalipun, orang akan tetap mencarinya.
Kita juga ingin nilai diri kita seperti durian. Penampilan luar mungkin tak mulus-mulus amat, tapi tetap dicari dan diinginkan orang. Tentunya karena kita bisa memberi manfaat dan 'rasa lezat' bagi orang lain.
3) Rasanya nikmat, tapi tak semua orang suka
Buah durian, betapa pun lezat dan nikmatnya, merupakan buah yang kontroversial. Meski banyak orang menyukainya, tapi sebagian lainnya tidak menyukai karena aromanya yang bisa mengganggu kinerja saraf. Khususnya ibu hamil.
Ada pengalaman saat istriku hamil. Jangankan aroma durian, semua benda yang menghasilkan aroma adalah musuh baginya. Meski berjarak lima meter darinya, ia sudah tahu bau keringatku. Emejing.
Hidup kita pun begitu. Sekeras apa pun kita mencoba menjadi sempurna atau baik (seperti malaikat kalau bisa), tetap akan ada orang yang tak menyukai kita. Jika menjadi biasa-biasa dikritik orang. Berusaha menjadi sempurna juga tak disukai orang.
Jadilah versi terbaik dari diri sendiri seperti durian. Ada orang yang suka, ada pula yang tidak. Kulitnya tajam berduri, aromanya menyengat, tapi memberi rasa nikmat. --KRAISWANÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H