Melihat data di atas, kenaikan BBM untuk Pertalite yakni Rp2.350, Pertamax Rp2.000, dan Solar bersubsidi Rp1.650. Kenaikan ini cukup besar, apalagi untuk rakyat menengah ke bawah yang gajinya di bawah UMR bahkan harian. Bisa-bisa, kenaikan harga BBM ini membuat masyarakat juga naik darah.
Sungguh tidak tahu diri para pemilik mobil mewah yang membeli BBM subsidi. Mereka merampas apa yang menjadi hak orang lain. Tidak punya malu.
Bagaimana harga BBM di Indonesia jika dibandingkan dengan negara lain? Hingga Agustus 2022 harga BBM di Indonesia masih tergolong murah di kawasan Asia Tenggara. Di Indonesia harga BBM Rp17.320/liter. Pemerintah menjual Pertamax menjadi Rp14.500/liter, jadi rakyat sudah mendapat subsidi Rp2.820/liter.
Harga BBM di Indonesia ini jauh lebih murah dari Singapura yakni Rp29.015/liter. Bahkan tidak lebih tinggi dari Kamboja yakni Rp 19.045/liter. Memang jumlah penduduk, kekuatan ekonomi dan banyak faktor lain yang dimiliki setiap negara berbeda-beda. Tapi, ini berarti harga BBM di Indonesia bukanlah yang termahal.
Kenaikan harga BBM tidak boleh menghentikan kita. Sebab, krisis ekonomi global pernah dialami Indonesia dan kita berhasil melaluinya. Gempuran ekonomi akibat pandemi Covid-19 juga sudah dilalui, dan kita dalam perjalanan untuk pulih bersama.
Ambil pengalaman saat diserang Covid-19. Saat terjadi kelangkaan masker, dan hand sanitizer masyarakat justru bisa berinovasi dengan membuat produk baru. Atau saat terjadi kelangkaan minyak goreng misalnya, kita tetap bertahan hingga pemerintah meluncurkan MinyaKita dengan HET Rp14.000 (meski cuma minyak curah yang dikemas).
Yang terjadi saat ini masih lebih baik. Bukan kelangkaan BBM, melainkan kenaikan harga. Harga naik tidak apa-apa, masih bisa dibeli. Daripada BBM langka, punya uang tapi tidak bisa dibeli kan repot!
Kenaikan sembako sudah mengawali dinamika perekonomian kita. Jangan sampai kenaikan harga BBM membuat kita ikut naik darah. Berikut ini 3 tips untuk mengatasi kenaikan harga BBM.
1) Pilih kendaraan hemat energi
Makin besar kapasitas silinder mesin kendaraan, makin besar energi yang dibutuhkan. Sudah begitu, ada pula kelompok manusia yang tetap gemar kendaraan yang boros energi. Demi hobi katanya. Apalagi kalau ada pemilik kendaraan cc besar, ditumpangi sendirian, boros energi.
Kendaraan cc besar cocok jika sering bepergian lintas provinsi, jangan hanya buat gaya-gayaan. Kalau mobilitas cuma antarkota, mobil cc kecil masih OK kan, lebih hemat energi. Aku memilih motor cc kecil, karena tidak sanggup membeli yang cc besar, apalagi mobil, hihi.