Mohon tunggu...
Cerpen Pilihan

Sebuah Cerpen dari Sahabatku

8 Mei 2016   15:08 Diperbarui: 8 Mei 2016   15:15 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

***

Mozaik, iya, benar mozaik. Kamu sedang kuajak mengumpulkan mozaik-mozaik kecil yang terpisah jauh dari masa waktu yang terlampau sangat dekat sehingga tidak menyadari bahwa garis hidup setiap manusia sangat dekat dengan garis di telapak tangan masing-masing. Namun, sayang sekali, kita tidak bisa menyerahkan garis hidup kepada Sang Dukun yang tak mampu meramalkan nasibnya sendiri meski dia menjual ramalan hidup kepada banyak orang lain. 

Garis tangan setiap manusia ada di dalam genggamannya masing-masing untuk segera diwujudkan, bukan untuk diramalkan, bukan untuk diangankan, bukan untuk dibicarakan, bukan untuk ditangisi, bukan untuk ditertawakan bersama-sama. Dan, cerita ini harus berakhir karena tak ada apapun yang bermakna selain makna dirimu. Hanya ini yang bisa aku tulis. Semoga senyuman itu tetap menjadi optimisme. 

 

Semarang, 1 Mei 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun