Pada zaman dahulu kala disuatu Desa Haur dikaki gunung hiduplah satu keluarga dengan dua orang anak yang masih kecil yang sedang bermain di halaman rumah mereka.Â
Berhubung pada waktu itu menjelang waktu magrib orang tua anak-anak itu pun memberitahu mereka agar supaya masuk rumah.
Ibu : Nak, ayo sudah magrib masuk rumah. kata orang tua zaman dahulu waktu magrib suka ada sandekala lewat, yang suka menculik anak-anak yang masih berkeliaran diluar.
Tanpa berfikir Panjang anak-anak pun masuk rumah.
Didalam hutan ada tiga ekor macan yang sedang berjalan-jalan sambil mencari mangsa dan bercakap cakap
Macan A : Hai teman, menurut cerita manusia jam segini suka ada sandekala lewat gimana kalua kita ngumpet dulu sambil istirahat
Macan B : Emangnya sandekala itu apa sih?
Macan A : Aku juga ga tahu, tapi manusia saja takut sama sandekala katanya suka menculik anak mereka.
Macan C : Yasudah kalua begitu kita ngumpet saja dulu nanti waktu magrib lewat kita lanjutkan lagi mencari mangsa. Manusia aja ditangkap apalagi kita
Akhirnya mereka pun (macan) mencari tempat untuk bersembunyi. Macan A dan Macan B bersembunyi di rumput yang tebal dan tinggi sehingga merasa aman dari ancaman sang sandekala sedangkan Macan C yang penakut di rumpun yang tipis.
Karena merasa tidak aman akhirnya Macan C memutuskan untuk pindah dari persembunyiannya masuk ke perkampungan yang ada di kaki gunung itu, dan kebetulan masuk ke kandang kudanya Bapak Haji Udin yang baru saja membeli anak kuda. Berhubung dikampung itu sedang musim pencurian hewan jadi anak kudanya dipindah ke dapur supaya aman.Â
Dikandang kuda, Macan C merasa aman dan akhirnya diapun tertidur.
Diceritakan malam itu ada tiga orang pencuri hewan yang mendengar informasi bahwa Haji Udin baru saja membeli anak kuda yang kenit (belang), dan mereka pun berencana untuk mencuri anak kuda nya Bapak Haji Udin dengan membawa tambang yang Panjang.Â
Ditengah malam yang gelap akhirnya mereka menjalankan aksinya, merekapun mengendap-ngendap menuju kandang kuda. karena pada zaman itu belum ada listrik dan obornya pun tidak dihidupkan jadi di dalam  kandang itu gelap gulita. Sambil meraba raba para pencuri itu mencari kuda
Pencuri A : Ayo cepat temukan kuda itu
Pencuri B : Sudah ketemu, sambil mengalungkan tambang keleher yang dipegang
Pencuri C : Ayo langsung Tarik
(Mereka tidak menyadari bahwa yang mereka tangkap itu adalah macan C)
Macan C : Aduh bahaya ternyata benar kata orang tentang sandekala (dalam hati dengan perasaan sedih)
Akhirnya para pencuri itu pun bergegas meninggalkan kandang dengan membawa hasil curiannya. Para pencuri itu belum menyadari bahwa yang mereka tangkap itu adalah macan yang sedang bersembunyi karena takut pada sandekala. Setelah ditengah hutan mereka pun mengikat hasil curiannya di pohon besar sambil beristirahat.Â
Setelah diteliti mereka baru sadar bahwa yang mereka tangkap itu bukan anak kuda melainkan macan besar yang mereka bawa.
Tanpa berfikir Panjang, satu pencuri naik keatas pohon sedangkan dua pencuri lainnya lari tunggang langgang dan akhirnya masuk jurang dan mati. Diatas pohon si pencuri tampak kebingungan dan tak habis pikir mengapa macan yang mereka bawa tidak menerkam atau melawan Ketika mereka ikat.Â
Dan dibawah pun terlihat si macan C sedang kebingungan.
Tak lama kemudian datanglah seekor kera yang sedang lewat, karena merasa aneh si kera pun akhirnya memberanikan diri untuk mendekati si macan dan bertanya
Kera : Hai macan sedang apa kamu disini?
Macan : Bahaya kera, kamu harus segera pergi dari sini
Kera : Bahaya apa? Bukannya kamu yang paling jago dihutan ini
Macan : saya tertangkap sandekala
Kera : dimana sekarang sandekalanya?
Macan : Itu diatas pohon
Kera : (Sambil melihat keatas) itu manusia bukan sandekala
Macan : Sandekala! Buktinya aku ditangkap
Kera : begini saja, aku mau naik buat buktikan, tali yang ngikat kamu ke pohon aku ikatin ke pinggang aku, nanti kalo bener sandekala kamu lari aku ketarik jadi selamat semuanya.
Kerapun melanjutkan aksinya dengan memanjat pohon mendekati pencuri. Diatas pohon pencuri makin panik karena di datangi kera akhirnya diapun berpindah dari dahan kedahan lainnya  dan akhirnya iapun menginjak ranting kering dan kemudian terjatuh pas menimpa simacan yang sedang ketakutan. dan simacan pun sangat kaget langsung lari dan  sikera pun ikut terseret masuk jurang.
Terlepas ada atau tidak adanya sandekala, kita dapat menjadikan pelajaran bahwa positifnya orang tua jaman dahulu memakai pendekatan hantu atau sandekala agar anak mau mendengarkan nasihat dan tak lupa waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H