Mohon tunggu...
Wanda Ardika
Wanda Ardika Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - UIN Walisongo Semarang/pelajar

senang belajar dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengasah Potensi Anak Usia Dini: Strategi Terbaik dalam Pendidikan

12 Juni 2023   23:33 Diperbarui: 13 Juni 2023   00:29 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang tua memiliki banyak cara untuk mendidik anak dan membangun karakternya. Salah satunya adalah dengan membacakan dongeng atau cerita. Selain mengandung hikmah, cerita juga dapat membantu dalam pembentukan karakter anak. Anak-anak menyukai cerita karena dapat membangkitkan imajinasi mereka. Dengan imajinasi tersebut, anak-anak akan berusaha memahami cerita yang diceritakan kepada mereka. Oleh karena itu, cerita yang penuh dengan hikmah merupakan bagian penting dalam pendidikan anak-anak (Alimah dkk, 2012: 149-150).

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa terkadang orang tua atau guru tidak menyadari dampak dari sikap mereka terhadap anak yang justru dapat merusak keadaan mental anak. Misalnya, dengan melakukan kekerasan fisik atau memberikan saran negatif kepada anak, hal ini dapat membuat anak tersebut memiliki perilaku buruk, rendah diri, takut, dan tidak berani mengambil risiko, yang pada akhirnya karakter-karakter tersebut akan berdampak hingga masa dewasa.

b. Urgensi Dongeng dalam Membentuk Karakter Anak

Melalui dongeng, anak-anak dapat belajar kosakata baru, mengungkapkan perasaan seperti kegembiraan, kesedihan, kemarahan, serta menyerap nilai-nilai kebaikan. Orang tua atau guru yang ingin bercerita sebaiknya melakukannya tanpa menggunakan media, hanya dengan menggunakan suara dan ekspresi, sehingga anak dapat menggunakan imajinasinya. Jika menggunakan media seperti gambar, imajinasi anak kurang terlatih karena mereka dapat melihat gambar langsung (Alimah dkk, 2012: 152).

Pentingnya dongeng dapat dijelaskan sebagai berikut: Pertama, ada tiga hal yang tidak pernah ditolak oleh anak, yaitu mendengarkan cerita, bermain, dan hadiah. Kedua, dongeng dapat mengubah karakter anak tanpa menyakiti, bahkan dengan penuh keceriaan. Ketiga, dongeng dapat mengembangkan imajinasi. Keempat, cerita dapat membantu anak menyadari kekuatan yang dimiliki. Kelima, cerita memudahkan pemenuhan harapan dan keinginan anak.

Fungsi cerita antara lain, cerita dapat membuka pintu dalam jiwa anak, menghadirkan cahaya kehidupan yang memberikan kesehatan. Cerita merupakan kumpulan cerita yang kita ciptakan, seperti anak kecil yang penuh vitalitas, menimbulkan rasa ingin tahu, dan selalu segar. Orang tua yang bercerita dalam suasana yang santai dan nyaman, dengan dramatisasi menggunakan intonasi suara yang berbeda, akan membuat anak tertarik untuk mendengarkannya. Dengan menikmati alur cerita, anak-anak akan merasa nyaman seiring berjalannya waktu (Thaha, 2009: 174).

c. Pengaruh cerita dalam menanamkan nilai-nilai yang baik pada diri anak

Ketika orang tua ingin mengajarkan sifat lemah lembut dan tidak membalas dendam kepada orang lain, mereka dapat menceritakan kepada anak mereka kisah tentang Nabi Muhammad Saw. dalam menghadapi orang Yahudi yang selalu menyakiti beliau. Dan jika seorang ibu ingin menanamkan nilai-nilai sosial dan mengutamakan kepentingan orang lain, dia dapat menceritakan kepada anaknya kisah Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang rela meletakkan matanya demi keselamatan Nabi Muhammad, seperti saat orang-orang Quraisy bersekongkol untuk membunuh Nabi Muhammad, Ali dengan sukarela tidur di tempat tidur Rasulullah (Thaha, 2005: 175).

Melalui cerita yang disampaikan orang tua kepada anak-anak, anak-anak akan merasa menjadi pahlawan seperti tokoh-tokoh dalam cerita tersebut. Mereka merasakan hidup dalam dunia nyata, bersama para nabi, pahlawan, pemimpin, dan penguasa. Ketika anak-anak terinspirasi oleh kisah-kisah kenabian yang diambil dari Al-Qur'an, mereka seolah-olah merasakan hidup pada masa Nabi. Mereka merasakan peristiwa-peristiwa tersebut seolah-olah ikut serta dalamnya (Alimah dkk, 2009: 151).

DAFTAR PUSTAKA


Aden Rangga, Serba-serbi Pendidikan Anak, Yogyakarta: Siklus, 2011.

Agus Wibowo, Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah: Konsep dan Praktik Implementasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun