Mohon tunggu...
Wanda Ardika
Wanda Ardika Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - UIN Walisongo Semarang/pelajar

senang belajar dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengasah Potensi Anak Usia Dini: Strategi Terbaik dalam Pendidikan

12 Juni 2023   23:33 Diperbarui: 13 Juni 2023   00:29 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal ini karena biasanya ketika anak-anak dilarang, rasa ingin tahu mereka akan muncul. Namun, jika rasa ingin tahu anak tidak dipuaskan oleh orang tua, anak akan mencari jawabannya sendiri, dan tanpa pendampingan, hal itu dapat menjadi berbahaya.

Manusia perlu memiliki kemampuan kreativitas agar dapat mengatasi berbagai tantangan dalam kehidupan sehari-hari. Penting bagi kita untuk mengembangkan kreativitas sejak usia dini. Sayangnya, banyak keluarga yang tidak menyadari bahwa sikap otoriter orang tua terhadap anak dapat meredam bakat kreativitas anak, sehingga ketika mereka dewasa, kemampuan kreativitas mereka menjadi terbatas (Ranggiasanka, 2011: 31).

Sebuah pertanyaan muncul mengenai apakah orang tua seharusnya mengajarkan kreativitas kepada anak-anak mereka. Jawabannya adalah, tidak ada sarana, pendidikan, atau kurikulum yang dapat mengajar anak menjadi kreatif. Kreativitas tidak bisa diajarkan seperti kita mengajarkan kemampuan matematika atau membaca. Kreativitas bukanlah materi yang dapat disampaikan kepada anak dan membuat mereka secara otomatis mampu melakukannya. Hal ini disebabkan oleh sifat kreativitas yang melibatkan aspek kebaruan dan keunikan, sehingga lebih mirip dengan suatu cara pandang atau perspektif (Tim Pustaka Familia, 2006:271).

Seperti kecerdasan, kreativitas juga dimiliki oleh setiap anak. Namun, tingkat kreativitas dapat berbeda antara satu anak dengan anak lainnya. Kecerdasan dan kreativitas memiliki hubungan yang erat. Namun, berbeda dengan kecerdasan, kreativitas anak tidak dapat mengembangkan dirinya jika anak tersebut dibesarkan dalam lingkungan yang otoriter, di mana segala tindakan anak harus tunduk pada aturan yang ketat. Anak yang terjebak dalam situasi semacam ini, baik di rumah maupun di sekolah, akan kehilangan kebebasan untuk mengekspresikan diri dan kreativitasnya tidak akan berkembang (Wulan, 2011: 46).

b. Pola asuh dalam kreativitas anak

Salah satu tanda-tanda dari seorang anak yang kreatif adalah rasa ingin tahu yang tinggi, ketidakpuasan terhadap jawaban tunggal, sikap eksploratif, dan kecenderungan untuk mencoba hal-hal yang tidak biasa. Orang tua memiliki beberapa cara untuk menghadapi pertanyaan yang seringkali diajukan oleh anak. 

Jika anak terus-menerus bertanya dan dianggap mengganggu, orang tua dapat mengatasi situasi tersebut dengan memberikan sebuah buku catatan yang diberi judul "Buku Rasa Ingin Tahuku", di mana anak dapat menuliskan atau menggambarkan pertanyaannya di dalam buku tersebut. Ketika orang tua memiliki waktu luang, mereka dapat mencari jawaban atas pertanyaan tersebut bersama-sama dengan anak (Alimah dkk, 2013: 142).

Kreativitas anak akan berkembang jika orang tua mengadopsi sikap otoritatif, yaitu mereka mampu mendengarkan pendapat anak, menghargai pendapat anak, dan mendorong anak untuk berani mengungkapkan pikirannya. Orang tua sebaiknya tidak menginterupsi anak ketika anak ingin berbagi pemikirannya. Mereka harus mendorong anak untuk berani mengemukakan pendapat, gagasan, melakukan tindakan, atau membuat keputusan sendiri (selama tidak merugikan orang lain atau dirinya sendiri). 

Orang tua seharusnya tidak mengancam atau menghukum anak jika pendapat atau tindakannya dianggap salah. Anak tidaklah salah, mereka umumnya masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu, orang tua sebaiknya bertanya mengapa anak berpendapat dan bertindak seperti itu (Ranggiasanka, 2011:31).        

Dalam upaya untuk mengembangkan kreativitas anak, penting bagi orang tua untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan imajinasi, merenung, berpikir, dan mewujudkan gagasan mereka dengan cara yang unik. Biarkan mereka bermain, menggambar, menciptakan bentuk atau warna yang tidak biasa, tidak logis, tidak realistis, atau belum pernah ada sebelumnya. Orang tua sebaiknya tidak banyak melarang, memerintah, mencela, menghukum, atau membatasi anak. Semua ini bertujuan untuk merangsang perkembangan fungsi otak kanan yang penting bagi kreativitas anak, yaitu berpikir divergen (luas), intuitif, abstrak, bebas, dan simultan (Ranggiasanka, 2011: 32).

Pola pengasuhan yang baik untuk anak usia dini adalah pola otoritatif, yang sangat mendukung perkembangan kreativitas anak. Dalam pola ini, anak diberikan otoritas dalam mengembangkan kreativitas mereka. Orang tua mendengarkan pendapat anak, mendorong mereka untuk berani mengungkapkan pendapat mereka, menghargai pendapat anak, tidak memotong pembicaraan anak, dan tidak merendahkan pendapat mereka. Orang tua mendorong anak untuk tertarik dalam mengamati dan mempertanyakan berbagai hal di sekitar mereka (Ranggiasanka, 2011: 33).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun