***
Malam ini, seperti malam-malam sebelumnya. Setelah istri dan anakku tidur kubuka buku dan kembali larut dalam bacaan. Aku sangat menggemari bacaan yang berbau fiksi, tidak tahu apakah dengan cara ini aku menenggelam kesulitan hidup, entahlah. Namun, rasanya ada ruang kosong di dalam sana yang bisa dipenuhinya. Sesaklah lemari bukuku dengan karya-karya sastra berupa novel, cerita pendek, puisi, dan lainnya. Umumnya karangan penulis dari dalam negeri, walau pun beberapa ada terjemahan.
Malam ini tiba-tiba saja hatiku tergerak mengambil buku Tunjuk Ajar Melayu yang ditulis mendiang datuk Tennas Effendy. Berita minggu-minggu ini membawaku untuk membuka perihal pemimpin dalam tradisi Melayu.
Kalau hendak memilih pemimpin: Jangan dipilih karena duitnya/Jangan dipilih karena kayanya/Jangan dipilih karena sukunya/Jangan dipilih karena pangkatnya.
Bertuah ayam ada induknya/Bertuah serai ada rumpunnya/Bertuah rumah ada tuanya/Bertuah negeri ada rajanya/Bertuah imam ada jemaahnya.
Ah, begitu besarkah kawah yang menganga, pikirku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H